Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Sistem "Transportasi Berkelanjutan" Berwawasan Lingkungan, Mungkinkah?

1 Desember 2016   11:43 Diperbarui: 1 Desember 2016   12:00 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.earthtimes.edu

By Christie Damayanti

Sebelumnya :

Antara Gengsi dan ‘Kebutuhan’

Antara Gengsi dan ‘Kebutuhan’, memicu pemerintah dan konseptor perkotaan memikirkan tentang sebuah cara untuk memecahkan masalah ini. Tidak mudah untuk menyelesaikannya. Dibutuhkan waktu yang cukup lama dan dibutuhkan kesadaran yang luar biasa untuk mereka bisa sadar dan peduli dengan hidup mereka sendiri.

Transportasi memang sangat dibutuhkan. Terutama bagi warga kota yang hidup di perkotaan yang besar, khususnya di Jakarta. Transportasi itu ibarat sebuah alat yang harus kita punya, untuk berpindah. Bahkan jika hanya berjalanpun dibutuhkan transportasi dengan kaki-kaki sendiri.

Ketika transportasi memang sangat dibutuhkan, sekarang pertanyaannya adalah,

“Bagaimana merancang system transportasi, yang tidak menjadikan dampak negative bagi warga kota?”

Ah … memang bisa?

Selama kita hidup, atau lebih tepatnya, selama kita tinggal di Jakarta ini, kita akan terus membutuhkan system transportasi. Mulai dengan berjalan kaki dengan kaki sendiri, atau bersepeda untuk hanya sekedar berjalan2, atau dengan motor bahkan dengan mobil, kereta api, kapal dan pesawat. Semua manusia selalu mobile,dan bergerak. Sehingga, dari bangun tidur sampai tidur lagi, kita membutuhkan ‘transportasi yang berkelanjutan’ (sustainable transportation).

Dan transportasi yang berkelanjutan ini HARUS MEMPUNYAI KRITERIA2 TERTENTU UNTUK TIDAK BERDAMPAK NEGATIF

Bagaimana bisa?

Mungkin lebay …

Mungkin hanya diawang2 …

Mungkin hanya sekedar mimpi, dan ketika kita terbangun, kita tetap mendapatkan transportasi yang sarat dengan permasalahan …..  

***

Konsep transportasi berkelanjutan ini, merupakan sebuah konsep yang berjalan sejajar dengan konsep2 ‘green’ dalam kehidupan kita. Seperti ‘green architectural’ atau ‘green building’, yang selalu aku tuliskan di Kompasiana ini. Bahkan aku terus mengkampanyekan tentang penghijauan lewat semua kehidupanku, seperti’green philately’, yang sudah aku pamerkan tahun 2015 lalu, yang dibuka dan  ditanda tangani oleh Direktur Kominfo dan Direktur Pos Indonesia di TMII.

Transportasi berkelanjutan merupakan gerakan yang mendorong penggunaan teknologi yang ramah lingkungan  dalam upaya kebutuhan transportasi warga yang tidak berdampak negative. Mungkin tidak bisa dikatakan 100% taidak berdampak negative, tetapi setidaknya teknologi ini lebih ramah lingkungan.

Sebagai urban planner, aku melihat ini dalam konteks perencanaan kota. Bagaimana kita menyelesaikan desain dan konsep sarana dan system transportasi yang ramah lingkungan. Perkotaan yang sudah padat dan penuh sesak oleh warga kota, belum lagi dipadati dengan ‘hutan beton’, tidak ada salahnya memulai dengan perbaikan lingkungan.

Membangun system transportasi sepeda, misalnya.  Seperti yang aku tulisakan disini :

Membangun ‘Lalu Lintas Sepeda’ : Mungkinkah Jakarta Seperti Ini?

Bersepeda ke Kantor di Jakarta? Mungkinkah?

Lebay kah?

Mungkin saja! Apalagi untuk Jakarta..

Tetapi, sudah banyak yang menerapkan konsep transportasi sepeda di alam perkotaan. Bahkan direktir2 pun bersepeda dengan jas dan dasi serta sepatu pantofel2nya, sambil makan pagi sebuah sandwich sambil bersepeda.

Dalam konteks perkotaan ini, bisa juga diterjemahkan untuk upaya peningkatan fasilitas bagi komnitas bersepeda, pejalan kaki atau fasilitas transportasi umum missal yang murah dan ramah lingkungan seperti system KA listrik.

Tentu saja, kesemua ini harus di perhatikan  infra-structure nya. Karena sama saja bohong, ketika pemerintah menyarankan bersepeda atau berjalan kaki ke kantor, tetapi tidak disediakan pedestrian yang nyaman dan tidak ada jalur sepeda yang aman.

Pemerintah juga harus terus dan keras berupaya untuk melaksanakan perubahan system transportasi yang ada sekarang yang membuat permasalahan besar dan semakin besar, menjadi system transportasi berkelanjutan yang tidak berdampak negative bagi penggunanya.

Disamping itu, konsep transportasi yang berkelanjutan,  harus berusaha mendorong upaya pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk mengurangi pergerakan warga di jalan raya, lewat system tele-conference, tele-working, tele-shopping, tele-commutting. Seperti yang aku tuliskan disini :

Mengatur 'Mega Proyek Konstruksi' Hanya Lewat HP? Waduh, Memang Bisa?

Jika pemerintah harus menyiapkan infra-structure untuk beralih kepada sepeda dan berjalan kaki, pemerintah juga harus menyiapkan infra-structure untuk pengadaan jaringan internet yang kuat, sehingga kegiatan konsep system transportasi berkelanjutan yang memungkinkan adanya sedikit pergerakan warga di jalan raya, dan mengubah dengan system online, dapat terjadi dengan sangat menyenangkan.

Soalnya, jaringan internet di Jakarta selalu leleeeeeeeetttttttt.

Jadi, mengapa tidak dimulai untuk pengubahan system transportasi sekarang dengan system transportasi berkelanjutan???

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun