Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apa yang Tersisa dari ‘Landmark Jakarta?’

18 Mei 2016   13:50 Diperbarui: 18 Mei 2016   14:05 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mari kita telisik …..

Landmark Jakarta, jika ditinjau dari seluruh kota adalah memang hanya Tugu Monas. Tetapi jika dilihat adri bagian2 kota, sangat lebay jika berkata Monas Jakarta adalah landmark Jakarta Pusat atau Selatan. Karena misaknya untuk Jakarta Utara, Ancol dengan Dunia Fantasi adalah ‘landmarknya’. Untuk Jakarta Pusat, Lapangan Banteng adalah landmark. Demikian juga di beberapa titik di Jakarta.

Tetapi masyarakat Jakarta, sepertinya sama sekali tidak peduli dengan sebuah ‘landmark’. Bahkan landmark2 kecil secara local di Jakarta itu, menjadi kabur, dan membuat Jakarta semakin sama dengan kota2 metropolitan dunia yang lain, tanpa landmark, tanpa identitas.

Jalan layang Semanggi,misalnya.

Adalah digagas oleh pendahulu kita dan akhirnya benar2 sebagai salah satu landmark kota. Jala semanggi yang jika dilihat dari atas, benar2 membentuk daun semanggi yang berdaun empat. Cantik. Sekarangpun tetap cantik.

Pecinan Glodog.

Ini yang sangat miris, ketika justru pecinan Glodog dibongkar seluruhnya dan dibangun mix-used dengan desain modern. Rumah2 khas China denan atap melengkung, tergeser dengan rumah2 modern yang amburadul, karena memang tidak tertata dan tidak terdesain dengagn baik.

Lagi, kompleks lingkungan Senayan.

Jelas, Presiden pertama kita menggagas Senayan untuk lingkungan olah raga, dan jelas juga kompleks Senayan dengan geloranya merupakan landmark Jakarta sebagai ‘dunia oleh raga’.

Tetapi yang terjadi, bagaimana?

Namanya landmark, adalah karena untuk menandai kota, tentulah harus ‘terbuka’ dan bisa langsung terlihat oleh mata. Dari jauhpun, harus bisa terlihat oleh mata. Landmark juga bisa digapai oleh warga Jakarta, bahkan turis asing, tanpa bisa dihalangi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun