Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Apa yang Tersisa dari ‘Landmark Jakarta?’

18 Mei 2016   13:50 Diperbarui: 18 Mei 2016   14:05 565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.shuttestock.com

By Christie Damayanti


Sebelumnya :

Mengeksplor Jakarta lewat ‘Misteri-Misteri’ di Dalamnya

“Pengebirian” Fasilitas Perkotaan, Menghasilkan Kota yang ‘Hilang Kendali’

Reformasi Jakarta? Mulailah dengan “Reformasi Mental Warga”

Keanekaragaman Jangan Sekali-Sekali Diseragamkan!

‘Peluang’ Jakarta Itu Ada dimana?

‘Pukulan’ bagi Pemukiman Jakarta

Reformasi ‘Identitas Kota’ untuk Jakarta

Siapa yang Memanipulasi Jakarta?

Sindrom ‘Mimpi untuk Jakarta’ : Metropolitan dan Kemewahan atau Kesejahteraan?

Jakarta yang ‘Terluka’ dan ‘Bernanah’

***

Landmark kota (Jakarta)

Sebuah kota pasti mempunyai landmark. Bahkan kota2 dunia, mempunyai landmark2 khusus yang benar2  dikenal di dunia!

Misalnya saja, kota Los Angeles di Amerika Serikat. ‘Landamark’ dunia yang benar2 membahana adalah kota dunia entertainmet, khususnya film. Di kota itu mempunyai ratusan studio, dan jika seseorang mau mengumbar talentanya di dunia film, haruslah ke Los Angeles.

Adalah Vatican. Salah satu kota atau negara terkecil didunia di Eropa Barat, sangat terkenal dengan Gereja St Basilika, tempat Paus, pemegang kekuasaan tertinggi di dunia agama Katolik, berdiam. Landmark nya jelas, adalah gereja megah di tengah2 kota Roma di Italia,

Atau juga Austtralia, dengan ‘landmark’ bukan hanya bangunan Sydney Opera House nya saja, tetapi landmark ‘koala dan kanguru’, merupakan ‘landmark hidup, untuk negara yang mempunyai jenis2 binatang yang hanya ada di Australia.

Bahkan pulau Bali di Indonesia. Dunia mana yang tidak tahu tentang Bali? Bahkan Bali jauh lebih terkenal dibandingkan dengan Indonesia, ketika aku berkeliling Amerika dan Eropa, di kota2 keil, ternyata mereka sangat mengenal Bali, bahkan beberapa kali kesana, tetapi tidak tahu tentang Indonesia …..

Lalu, bagaimana dengan Jakarta?

Wisatwan local Indonesia, mengenal Jakarta adalah Tugu Monasnya. Bahkan Monas sekarang semakin megah dengan dibukanya wisata menaiki Monas di malam hari. Monas adalah salah satu landmark Jakarta. Atau malah satu2nya?

Mari kita telisik …..

Landmark Jakarta, jika ditinjau dari seluruh kota adalah memang hanya Tugu Monas. Tetapi jika dilihat adri bagian2 kota, sangat lebay jika berkata Monas Jakarta adalah landmark Jakarta Pusat atau Selatan. Karena misaknya untuk Jakarta Utara, Ancol dengan Dunia Fantasi adalah ‘landmarknya’. Untuk Jakarta Pusat, Lapangan Banteng adalah landmark. Demikian juga di beberapa titik di Jakarta.

Tetapi masyarakat Jakarta, sepertinya sama sekali tidak peduli dengan sebuah ‘landmark’. Bahkan landmark2 kecil secara local di Jakarta itu, menjadi kabur, dan membuat Jakarta semakin sama dengan kota2 metropolitan dunia yang lain, tanpa landmark, tanpa identitas.

Jalan layang Semanggi,misalnya.

Adalah digagas oleh pendahulu kita dan akhirnya benar2 sebagai salah satu landmark kota. Jala semanggi yang jika dilihat dari atas, benar2 membentuk daun semanggi yang berdaun empat. Cantik. Sekarangpun tetap cantik.

Pecinan Glodog.

Ini yang sangat miris, ketika justru pecinan Glodog dibongkar seluruhnya dan dibangun mix-used dengan desain modern. Rumah2 khas China denan atap melengkung, tergeser dengan rumah2 modern yang amburadul, karena memang tidak tertata dan tidak terdesain dengagn baik.

Lagi, kompleks lingkungan Senayan.

Jelas, Presiden pertama kita menggagas Senayan untuk lingkungan olah raga, dan jelas juga kompleks Senayan dengan geloranya merupakan landmark Jakarta sebagai ‘dunia oleh raga’.

Tetapi yang terjadi, bagaimana?

Namanya landmark, adalah karena untuk menandai kota, tentulah harus ‘terbuka’ dan bisa langsung terlihat oleh mata. Dari jauhpun, harus bisa terlihat oleh mata. Landmark juga bisa digapai oleh warga Jakarta, bahkan turis asing, tanpa bisa dihalangi.

Tugu Monas, bagaimana?

Ada pagar2 tinggi yang menghalangin manusia untuk menggapainya. Berbagai macam alasan, pagar2 tinggi dan kokoh tersebut, juga menghalangi panda mata. Alasan supaya taman lebih baik un mungkin kurang tercapai, karena terbukti beberapa kali aku kesana, sampah2 pun masih betebaran!

Apalagi Pecinan Glodog. Apa yang tersisa??

Hanya sekedar namanya saja ‘pecinan’ tetapi bangunan landmarknya benar2 menghilang, ditelan keegoisan kota dari pemerintah kota dan warga kota yang tidak peduli …..

Kota Tua Batavia Lama?

Mungkin sudah beberapa organisasi yang peduli dengan ini, tetapi sepertinya pun pemerintah kota masih malu2 untuk menggebrak revitalisasi Kota Tua, segarang menggerak kota dengan pembangunan2 bagi fasilitas warga yang tersingkir …..

Semanggi?

Pemerintah kota, baru2 ini mengadakan ‘ground breaking’, atau peletakan batu pertama untuk membangun jalan layang memutar Semanggi dengan banyak pertimbangan. Tetapi yang kusesalkan adalah, bagaimana dengagn dampak2 arsitektur serta landmark kota nya? Sementara fungsi jalan layang memutar Semanggipun, jika ditelisik secara detail dan perhitungan, sepertnya tidak bisa membawa perbaikan yang siknifikan!

Bagaimana dengan landmark Ancol di Jakarta Utara?

Ah ….. sepertinya Ancol ssekarang semakin berantakan, meskipun pemerintah kota dan pengembang juga terus berbenah. Kejayaan Ancol semakin tergusur dengan mall2 besar yang hedonis. Ancol yang dulu merupakan tempat bermainku semasa kecil, anak2ku pun malas kesana karena banyak alasan. Yang jelas, terbius dengan arus kemodrenan Jakarta ….

Lapangan Banteng? Tinggal sisa2 kejayaan, dan hanya ssekedar lapangan tanpa kenyamanan dan nyaris sekedar tempat bernaung.

Passar Baru?

Apalagi. Tergerus …. Benar2 tergerus oleh mall2 besar, mewah dan modern ….. tinggal pedagang2 tradisional, atau pedagang2 barang2 kw murah meriah, padahal dahulu Passar Baru adalah ‘street mall’ yang prestisius, tahun 1980-an kebawah …..

Yang lain? Patung2? Air mancur? Gedung2 bertingkat? Bangunan2 bersejarah?

Adakah semuanya itu yang benar2 terawat??

Lalu, sekarang apa lagi yang tersisa dari landmark Jakarta ????

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun