Ya ….. pertumbuhan ku dari SD sampai kuliah, mengalami beberapa fase dan tahap. Ketika SMP dan SMA (6 tahun), cukup membuat aku dan teman2ku “melupakan” sesuatu tentang identitas remaja Indonesia. Beruntung, aku kuliah di jurusan arsitektur dan aku mulai mengerti tentang sebuah konsep perkotaan, yang akhirnya membawaku menjadi seperti sekarang ini.
Ini aku. Tetapi bagaimana dengan teman2ku yang lain? Sadarkah mereka tentang “identitas remaja Indonesia?” Berlanjut, apakah mereka sadar tentang “identitas manuia dewasa Indonesia?”
Lalu, bagaimana dengan generasi2 dibawahku? Dari awal tahun 1990-an sampai sekarang tahun millennium 2016? Berapa generasi yang ada setelah kesadaraku?
Tidak salah kan, jika aku berkata tentang beberapa generasi Indonesia yang hilang???
Ok, lanjut …..
Pertanyaan awal artikel ini adalah :
Mengapa sekarang di kota2 besar, khususnya Jakarta, sering terjadi perkelahian pelajar? Atau perkelahian antar kelompok?
Ditambah lagi, mereka sibuk dengagn gadhet dan dunia maya nya, yang merangsang berbuat yang tidak2 ….
Sudah jelas, kan?
Dengan “pengebirian” pemerintah kota yang tidak mem-fasilitasi warga kota dengan fasilitas2 non-yang tidak banyak keluar uang, SANGAT BERDAMPAK KEPADA REMAJA DAM WARGA KOTA YANG TIDAK BISA MENYALURKAN AKTIFITASNYA LEWAT KEGIATAN2 POSITIF.
Tidak ada taman2 bermain. Tidak ada fasilitas2 olah raga yang murah. Tidak adanya balai warga yang gratis untuk dipakai. Yang ada pemerintah membangun fasilitas2 berbayar, bahkan taman2 pun semakin rusak tak terpelihara.