Jakarta yang ‘Terluka’ dan ‘Bernanah’
***
Mengapa sekarang di kota2 besar, khususnya Jakarta, sering terjadi perkelahian pelajar? Atau perkelahian antar kelompok?
Semakin kesini, perkotaan benar2 ‘loose control’atau‘hilang kendali’. Konsep perkotaan dunia sebenaarnya sudah baku. Dengan warga kota yang semakin bertambah, sebenarnya juga konsep perkotaan harusnya tidak berubah. Sebuah kota, pasti mempunyai penduduk, dimana kehidupan warga nya ini harus senyaman mungkin. Apalagi jika kota tersebut sudah mencapai titik tingkat dunia.
Warga kota membutuhkan kenyamanan hidup supaya menghasilkan sebuah karya yang bagus untuk penghidupan. Sangat wajar, bukan?
Fasilitas2 perkotaan itu mengarahkan kepada keyamanan hidup. Ada pemukiman, fasilitas pekerjaan, perdagangan untuk kebutuhan hidup bahkan fasilitas untuk bersenang2. Yang memang notebebe disesuaikan dengan konsep zoning dan kebutuhan penduduknya di setiap kota. Itu pun sangat amat wajar.
Ketika fasilitas2 itu “dikebiri” oleh perkotaan, apa yang didapatkan oleh warga kota? Pemukiman, dari ‘landed house’ sampai apartemen mewah, dari rumah sederhana dan rusunawa, harusnya ada di sebuah kota, karena warga kota tidak bisa diseragamkan.
Lalu kebutuhan pekerjaan, dari gedung2 perkantoran mewah di CBD, atau ruko2 di pinggiran, dari erdagangan dalam mall2 besar mewah atau too2 kecil di lingkungan, atau pun gudang2 yang mendiami perkotaan. Juga fasilitas2 umum seperti rumah sakit besar dan mewah bertaraf internasional atau klinik2 kecil dalam ruko2 legal, atapun pasar2 modern di mall besar atau pasar2 tradisional dan warung2, pun seharusnya ada di sebuah kota, yang sekali lagi, notebene disesuaikan dengan kebutuhan kota itu.
Bagaimana dengan fasilitas umum seperti taman bermain?
Fasilitas olah raga? Fasilitas pendidikan non-formal termasuk perpustakaan, atau fasilitas2 lain non-yang tidak usah banyak keluar uang?
Dimanakah fasilitas2 itu di Jakarta?