Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

‘Romantisme’ Kota Paris [dan Jakarta] ...

11 Agustus 2015   15:26 Diperbarui: 11 Agustus 2015   15:54 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

By Christie Damayanti

www.barnorama.com

Romantisme kota Paris, hanyakah sebuah fatamorgana?

Sebenarnya, apa yang menjadikan sebuah kota layak disebut kota romantis? Atau sebuah negara, atau tempat apapun, yang benar2 layak sebagai tempat romantis? Dan sebenarnya, romantisme yang seperti apa, yang membuat kita terhenyak, lalu berbondong2 ke tempat itu, karena tempat itu ‘menjual’ sisi2 romantisme, demi suatu maksud dari  ( tentunya ) sisi bisnis?

Mari kita lihat sedikit ‘riset hati’, tentang kota Paris …

Ya, aku menyebutkan demikian untuk salah satu risetku, yang selalu aku lakukan jika aku bertandang kemanapun, untuk haris yang optimal bagi artikel2ku. Karena, jika hanya sekedar pengamatan dan wawancara di suatu tempat, semuanya sudah ada di banyak buku atau internet. Tetapi tidak jika kita membuat riset yang berbeda, dan pasti akan menjadi sebuah point plus untuk artikel2 kita.

Paris sudah terkenal sejak dari dulu, sebagai kota tua Eropa yang romantic. Ketika aku belum pernah kesana, aku benar2 mendambakan melihat kota Paris. Sampai tahun 1991, papa mengajak keluarganya, dengan mama aku dan 2 orang adikku, berwisata ke 12 negara Eropa Timur, termasuk ke Paris.

Tetapi ternyata aku tidak menemukan sebuah kota romantis. Sejak itu pun aku sudah meriset ala aku, mengamati dan  bertanya2 tentang kota Paris, dan aku melihat sebuah kota romantic yang lain, bukan yang digembar gemborkan di iklan, kota teromantis sedunia, untuk pasangan2 yang kasmaran …..

Setelah melihat sendiri, apa yang ada di Paris, beberapa kali aku kesana untuk memenuhi kewajibanku sebagai seorang pegawai untuk pekerjaan, aku pun tidak memandang kota Paris adalah ‘sesuatu’ bagiku.

Kultus kota Paris sebagai kota romantic, sebenarnya lebih untuk menjaring wisatawan demi sebuah bisnis wisata dunia. Tidak salah, sama sekali tidak salah. Sebenarnya, tidak usah dikatakan’ romantis’ segala, Paris sudah mengundang wisatawan koq. Dengan kota tua Eropa, merupakan titik utama untuk menjadikan Paris sebagai kota dunia yang ‘mengundang’ wisatawan.

Kyopera.org

www.fourseason.com

Hampir semua promosi kota Paris, melambangkan romantisme pasangan2 yang sedang kasmaran ….. bahkan promosi pernikahan di Paris semakin membahana …..

Tidak apa2 sebenarnya. Tetapi ketika tahun 2014 lalu aku berada 5 hari di Paris yang mendung, dan Paris yang ‘keras’ dan ‘sombong’, justru Paris membuat 2 orang anakku tidak suka dengan Paris, dan ketika aku bertanya,

“Jika mama tahun depan mau ke Paris lagi, kalian mau ikut?”

Dan mereka menjawab, “Ga mau ma, mendingan kita ke temat lain aja deh …..”

2 anak remaja ku, yang sedianya sudah membayangkan Paris adalah kota yang ramah dan ( memang ) romantic, ternyata mereka menemukan kota Paris yang sama dengan Jakarta ….. ‘keras’, sumpek dengan kebohongan dan kejahatan, serta mama nya yang tidak dipedulikan sebagai ‘disabled person’ diatas kursi roda, oleh warga disana …..

Ya, selama kami berwisata di Eropa selama hampir 1 bulan tahun 2014 kemarin dengan 2 anakku, tidak ada satupun tempat atau kota yang berlaku ‘kasar’ terhadapku. Umumnya, siapapun dan dimanapun sangat menghargai ‘disabled person’, dan menghargainya dengan cara selalu mendahulukan kami, memberikan aku diskon, bahkan jika diperlukan mendorong kursi rodaku.

Dan aku merasakan sebuah ROMANTISME tersendiri, yaitu SALING MENGASIHI sesame manusia. Dan jika aku mendapatkan kepedulian seperti ini, romantisme ku berujung dengan hati yang berbunga2, bahwa KASIH Tuhan selalu ada dimana2.

Ketika aku beberapa ke Paris sebelum tahun 2014, aku belum menemukan inti dari sebuah keromantisan. Mungkin karena aku kesana sendirian, kecuali tahun 1991, dan di otakku hanya penuh dengan beban pekerjaan, survey dan membuat analisa dan laporan. Hidupku beberapa minggu di Paris beberapa kali, tidak lebih hanya ke ‘kantorku’, di hotel untuk tidur, makan atau sekedar jalan2 melepas lelah. Tidak ada orang lain untuk berbagi romantisme, anak2ku masih kecil, ada di Jakarta. Tetman2ku pun sibuk dengan tugasnya masing2. Sehingga, Paris bukan ‘sesuatu’ lagi untukku.

Tetapi tahun 2014, Paris membuat anak2ku ill-fill, membuat aku ‘mencari romantisme ku sendiri dan akhirnya aku mendapatkan sebuah kenyataan yang lebih baik lagi tentang romantisme kota Paris :

  1. Romantisme kota Paris, bukan hanya diukur dengan pasangan yang sedang kasmaran. Romantisme kota Paris diukur dengan hubungan kasih sayang dan cinta antara pasangan, keluarga, anak2, sahabat bahkan teman. Bahkan jika kesana sendirian, dan hati kita diliputi kebahagiaan dan bunga2 bermekaran disana …..

    

Wajah2 bahagia kami di Paris, bersama teman2 baru kami sesama wisatawan dari Swedia, tidakkah melihat ‘romantisme kota Paris’ di foto ini?

Tidakkah melihat ‘romantisme kota Paris’ di foto ini? Kakak beradik, Dannis dan Michelle, dengan wajah bahagia, ber-selfie di depan Arc de Triomphe …..

Tetapi kasih sayang dan cinta kepada sesama pun tidak hanya cinta eros ( bersama dengan nafsu), tetapi juga dengan kasih agave ( kasih sesama ), sehingga romantisme kota Paris menjadikan Paris sebagai kota dunia yang peduli sesama.

Karena, jika kita tidak melakukan kasih agave, dan hanya melulu romantisme dengan nafsu saja, tidak akan membuat Paris sebagai kota romantic, tetapi justru menjadi FATAMORGANA, yang ketika kita pulang ke kota masing2, fatamorgana itu semakin menghilang, dan akhirnya hanya sekedar kenangan belaka …..

 2.  Romantisme kota Paris, juga diukur oleh kepedulian kota terhadap sesama, saling membutuhkan, saling menghargai. Dengan

     Paris menjadi peduli sesame, membuat dunia semakin menancapkan kota ini sebagai kota dunia dan mengundang semakin  

     banyak wisatawan datang kesana …..

Tetapi akhirnya jika kita setuju dengan konsep tentang romentisme kota Paris ala aku, berarti semua kota sama saja. Masing2 kota atau negara atau tempat dimanapun, ada sisi2 romantisme nya sendiri, dan dilihat dari mana romentisme tersebut.

***

‘Romantisme’ kota Jakarta

Seperti Paris, bahkan Jakarta pun yang ‘amburadul’ tidak karuan, mampu menjadi ‘kota romantis’, dengan cara membangun kepedulian warga dan sesama  manusia ( bahkan sesama makhluk hidup ), saling mengasihi dan saling menghargai.

Masalah2 SARA yang terjadi di Jakarta akhir2 ini, pasti akan menghilang, jika kita saling mengasihi, saling menghargai dan saling menghormati. Kehidupan damai di Jakaarta, sangat dirindukan sebagai kota untuk kita tinggal. Semua perbedaan akan saling membutuhkan dan saling melengkapi, bukan menjadi permusuhan.

‘Romantisme’ kota Jakarta sebenarnya sudah ada sejak dulu, tetapi ke-egoisme-an warga nya yang semakin beragam, romantisme kota kita terus memudar. Ditambah dengan globalisasi yang sudah mengjangkau generasi muda, yang belum mengerti tentang kepedulian, termasuk masalah SARA ….. orang2 muda yang berdarah ‘panas’, yang tidak menghargai sebuah ‘ROMANTISME’ yang sudah menjadi darah daging Indonesia …..

‘Romantisme’ kota Jakarta harus terus kita jaga, untuk kita masing2 keluarga mempunyai hak yang sama untuk sebuah kedamaian. Dan romantisme kota Jakarta, akan membuat Jakarta semakin baik dan melambungkan kota kita tercinta ini, sebagai ‘Kota Dunia’ yang peduli dengan sesama. Dan aku yakin, seturut dengan itu juga, Jakarta semakin di’pandang’ oleh dunia …..

Romantisme sebuah tempat, PARIS atau JAKARTA, atau dimanapun, harus dipandang sebagai ‘kepedulian dan kasih kepada sesama’ yang akan menghadirkan bunga2 bermekaran dalam kebahagiaan, di dalam hati setiap manusia …..

Sebelumnya :

Paris …. Ooooo Paris …..

‘The Pompidou Centre’ : Bangunan Unik karya Kenzo Piano, Arsitek Favoriteku

Le Fumoir Café yang “Istimewa”

Untuk Sekian Kalinya, Tuhan Menolongku …..

Hujan Deras, Kedinginan, Tidak Ada Taxi, Uang ‘Cash’ Menipis

‘Le Louvre Museum’ : Kolaborasi Klasik dan [Super] Modern

Sekilas Pandangan Mata Kota Paris

Paris yang Mendung dalam Romantisme …..

Romantisme tentang Paris, Tumbuh dan Berkembang Lewat ‘Jardin Notre-Dame’

Paris? Romantis? Ah …..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun