By Christie Damayanti
Artplusgallery.tumblr.com
Medio Maret 2006 di Paris
Sebenarnya, aku ingin mengajak anakku ke The Pampido Center, tetapi karena hujan swhingga kami tidak ada waktu lagi untuk kesana, aku hanya mengumpulkan memoriku, sewaktu aku kesana untuk mempelajari arsitektur uniknya, dan sedikit study banding untuk pekerjaanku, tahun 2006.
Di sebuah ujung kota, aku sedikit berbelok untuk bertemu dengan seorang teman lama yang sekarang tinggal di Paris setelah dia menikah dengan sorang lelaki Perancis. Temanku bernama Maria. Dia tinggal bersebelahan dengan sebuah gedung yang sangat modern, yang bertolak belakang dengan suasana kota Paris dengan bangunan2 tuanya yang cantik ……
Temanku yang dahulu tinggal di Paris, tidak sempat menemaniku kesana, sehingga aku sendiri saja, setelah Maria menemaniku untuk sebentar berfoto2 di depan Notre Dame Cathedral.
worldarchitecture.com
Konsep arsitektural ‘The Pompidou Centre’, dengan sebuah bangunan modern yang transparent serta fasilitas ME-nya ada di luar bangunan.
Arsitekturnya melambangkan abad-20, dan bangunan ini pertama kali dibuka untuk umum pada tahun 1977. Tahun 1997 direnonasi sampai tahun 1999 dan dibuka untuk umum 1 Januari 2000, yang melambangkan pergantian abad dari abad-19 ke abad-20. Data statistic Paris mengatakan bahwa sekitar 6 juta orang melewai pintu masuk Pompidou setiap tahun dan total ebih dari 190 juta pengunjung pada 30 tahun keberadaannya.
‘The Pompidou Centre’ di tengah2 bangunan tua kota Paris
Pantas! Benar2 pantas jika banyak orang di seluruh dunia ingin melihat bangunan cantik tersebut. Walau bangunan ini ditengah2 bangunan2 tua kota Paris, tidak menjadi masalah ketika bangunan modern tersebut merupakan ‘fokus of interest’ di daerah ini, salah satu daerah jantung kota Paris.
‘The Pompodou Centre’ dilihat dari depan apartemen Maria, sangat unik dengan warna-warninya serta ke’modern’annya.
‘The Pompidou Centre’ adalah salah satu museum yang paling penting di dunia, yang menampilkn koleksi2 seni modern dan konteporer terkemuka di Eropa. Juga merupakan sebuah perpustakaan referenxi yang luas dengan fasilitas public, dokumentasi umum mengenai abad-20 seni, ruang bioskop, musik, lembaga riset, bidang kegiatan pendidikan, toko buku, restaurant dan café. Dalam perlantai, sang arsitek mendesain dengan teratur, ‘step by step’ untuk kenyamanan pengunjung.
Tabung transparent untuk escalator ( seperti di Universal Hollywood ). Sangat menyenangkan melihat kota tua Paris dari atas bangunan modern …..
Begitu aku memasuki area ini, sekarang baru aku mengerti, bahwa yang disebut ‘seni modern’ adalah yang menimbulkan decak kagum, walau memang bangunan ini berbeda dengan bangunan2 Paris pada umumnya ( yang aku suka ), tetapi ternyata aku berdecak kagum karena kecantikannya serta ‘ke-modern-an’nya. Tidak pernah terlintas dalam pikiranku, bahwa dengan desain bangunan ini, yaitu fasilitas2 ‘Mekanikal dan Elektrikal’nya ada di luar bangunan, membuat mataku menyalang dan tak henti2nya melotot tidak karuan.
Coba lihat, warna-warni fasilitas2 ME yang biasanya di semua bangunan di dunia justru fasilitas2 ini disembunyikan, tetapi pada bangnan ini, menjadikan ‘point and focus of interest’ nya …..
Ducting AC, berwarna biru, menandakan adanya gerakan2 udara. Dan lihat juga desain detail kolom yang seakan2 di ‘klem’ sebagai struktur bangunan tersebut …… buat aku, ini konsep desain yang sangat luar biasa …..
Lihat saja. SEMUA bangunan di dunia, fasilitas Mekanikal dan Elektrikal ( ME ) pasti disembunyikan, secara fasilitas2 ME tersebut merupakan kebutuhan ‘belakang’ manusia, seperti ‘ducting AC’ untuk distribusi udara dingin AC, atau pipa2 air bersih, air kotor dan air limbah manusia, atau kabel2 listrik untuk kenyamanan pengguna, di ‘The Pompidou Centre’ ini BUKAN HANYA berada di luar bangunan, tetapi juga dicat berwarna-warni, justru untuk ‘focus of interest’ semua orang yang memandang …..
Konsepnya sangat luar biasa. Dibawah peraturan kompetisi sebuah bangunan arsitektur dunia, proyek arsitektur harus memenuhi criteria ‘interdiciplinarity’, yaitu ‘kebebasan bergerat dengan mengalir secara beraturan’, sehingga Renzo Piano dan Richard Rogers menjadi seorang yang mulai untuk mendesain ‘ruang bebas’, yaitu bangunan2 luas tanpa kendala, tanpa kolom2 besar dan tanpa tertutup apapun …..
Struktur dan gerakan serta sistim pendukung seperti escalator serta ME di’asingkan’ keluar bangunan, sehingga membebaskan ruang interior untuk museum dan bidang kegiatan. Dan begitu aku minta ada yang menjelaskan tentang apapun yang aku ingin tahu tentang bangunan tersebut, aku tambah geleng2 kepala, ketika warna dank ode semua saluran ME yang melekat pada façade ( tampak depannya ) bagian barat gedung, sebagai semacam pembungkus untuk arti :
- Biru : untuk udara
- Hijau : untuk cairan
- Kuning : untuk kabel listrik
- Merah : untuk gerakan udara
Tampak depan yang transparan bagian barat, memungkinkan untuk orang bisa melihat apa yang terjadi di dalam pusat bangunan itu, serta terdapat sebuah lapangan yang luas, bahwa seorang arsitek bisa dipahami sebagai daerah kontinuitas yang berhubungan antara satu dan yang lain.
Baru pada tahun 2010 ini, ‘The Pompidou Centre’ membuka cabang ‘Centre Pompidou-Metz’, di sebuah kota sekitar 170 km sebelah timur kota Paris, yang merupakan bagian dari upaya untuk memperluas tampilan seni kontemporer di luar museumbesar Paris. Bangunan ini di desain oleh arsitek Shigeru Ban dengan melengkung dan asimetris seperti atap pagoda.
Semua lantai aku datangi, dengan menaiki askalator di luar bangunan yang transparan. Sehinggga, walau ‘perjalanan’ dari atu lantai ke lantai berikutnya sedikit lama karena eskalatornya memag di sengaja untuk berjalan lambat, sehingga kami dapat mengamati keindahan kota Paris dengan bangunan2 tua dan cantiknya. Semuanya ternyata bisa diamati dari sebuah bangunan modern, di tengah2 kota Paris ……
Ingin aku berlama2 disana, tetapi tidak sekarang. Besok, aku memang ingin sekali mengamati satu demi satu seni modern Eropa disini, ketika bayangan mataku menangkap warna-warni cantik di sebelah utara bangunan ini ……
***
Ya ampuuuunnnn …..
Anak2ku menyadarkan aku dari lamunanku, ketika hujan sedikit berhenti. Cepat2 aku membayar makanan kami di Le Fumoir dengan memakai karu kredit denan tanda tangan ( hihhihi ….. ), membayar tip waitress yang melayaniku, lalu meminta tolong untuk mengambil taxi di hotel tersebut.
Tidak lama kemudian, taxi mewah datang, siap untuk mengantar kami. Waitress tersebut mendorong kursi rodaku, menuntun tanganku untuk memasuki taxi, si pengemudi taxi melipat kursi rodaku, memasukannya ke bagai, dan anak2ku pun naik ke dalam taxi.
Taxi meluncur, kembali ke hotel kami, sekitar 45 menit ( jika tidak macet ) dari kota Paris, dan mendung tetap menggantung di langit kota, angin berhembus cukup keras, dan dingin menusuk tubuh kami ……
Sebelumnya :
Le Fumoir Café yang “Istimewa”
Untuk Sekian Kalinya, Tuhan Menolongku …..
Hujan Deras, Kedinginan, Tidak Ada Taxi, Uang ‘Cash’ Menipis
‘Le Louvre Museum’ : Kolaborasi Klasik dan [Super] Modern
Sekilas Pandangan Mata Kota Paris
Paris yang Mendung dalam Romantisme …..
Romantisme tentang Paris, Tumbuh dan Berkembang Lewat ‘Jardin Notre-Dame’
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H