Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

[Galeri Foto] Heidi, Nyatakah?

28 Juli 2015   12:52 Diperbarui: 11 Agustus 2015   20:47 1501
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 By Christie Damayanti

 www.greyline.com

Mungkin cerita Heidi untuk anak2 dan remaja sekarang, bukan cerita yang luar biasa. Bahkan mereka belum tentu tahu tentang Heidi. Tetapi untukku, Heidi adalah tokoh imanijasi kecilku. Bahkan dulu aku menganggap Heidi itu nyata dan ada di pegunungan Alpen ..... dan itu yang membuat mimpi2 ku bertumbuh & berkembang, sejak kecil .....

Aku ingat sekali, suatu hari minggu sekitar tahun 1978an, ada film hitam putih di TVRI, siang hari. Cerita tentang Heidi dan film hitam putih itu yang membuat inspirasi tentang anak kecil seumuranku dulu. Dan sejak saat itu, aku minta dibelikan buku2 tentang Heidi.

Dulu, buku tidak banyak. Ada novel bahasa Inggris yang mahal, papa mendapatkannya waktu beliau bertugas di Eropa. Lalu mama ku mencari di toko buku dan mendapatkan Komik Album Cerita Ternama. Aku senang sekali. Bisa melihat 'Heidi' di komik dan novel karangan Johanna Spyri, menjadi kesayanganku, karena tahun 1979 aku klas 3 SD dan mulai belajar bahasa Inggris .....

Aku tidak mau bercerita tentang Heidi, karena banyak cerita tentang itu di internet. Aku hanya mau bercerita, ketika kedua anakku ke 'rumah Heidi' di Heidiland Swiss, sementara aku tidak bisa kesana karena harus mendaki kaki pegunungan Alpen, dimana tidak ada fisilitas disabled.

Lihat tulisanku tentang [Galeri Foto] Menuju ‘Heidiland’, Impian Masa Kecilku

Sebelum Dennis dan Michelle berangkat kesana, aku menunggu di di cafe kecil nan cantik, Heididorf, aku berpesan pada mereka untuk mengabadikan lewat kamera, sebanyak-banyaknya untukku. Oleh-oleh untukku tentang desa dan rumah Heidi. Dan mereka mengabulkannya, cerita tentang rumah Heidi dengan kehidupannya yang sangat menginspirasiku sejak dulu .....

Sepulangnya dari sana, di bus wisata kami, mereka bercerita tentang rumah dan lingkungan kehidupan Heidi, di desa itu.


Ini Cerita Dennis dan Michelle :

Desa itu berpenduduk sedikit, sesuai dengan ceritanya. Kakek Heidi yang dipanggil Kakek Alp, memang membangun rumahnya terpencil, jauh dengan tetangga2 nya. Termasuk rumah Peter, sahabat Heidi yang tinggal dengan neneknya yang buta. Heidi dan Peter selalu menggembalakan kambing2 milik Kakek Alp.

 

 Awal perjalanan, mendaki kaki pegunungan Alpen

 


  Jalan setapak menuju rumah Heidi

 

 

 

 

 Inilah kehidupan Heidi, tinggal di kaki pegunungan Alpen, di Swiss ….. mimpi2 ku nyata …..

 

 Selamat datang di rumah Heidi …..


Rumah Heidi dipagari oleh pagar kayu. Disana di buat patung2 cerita tokoh Heidi. Ada Heidinya sendiri, digambarkan sorang anak kecil berkepang dua, sedang bermain. Ada juga Peter dan teman2nya, bermain sambil menggembalakan kambing2. Lalu ada Kakek Alp sedang berjalan menggunakan tongkat panjang sambil membawa tas besar.

 

Inilah rumah Heidi, dilihat dari beberapa sisi. Sepertinya rumah ini sudah dipugar, tetapi jika dilihat dari kartuposnya, barang2 didalamnya masih aslli …..


  Heidi bersama Peter dan kambing2nya …..

 

  Kakek Alp, dengan berbagai pose dalam patung …..

Yang menarik adalah ada beberapa ekor kambing asli, yang duduk2 di pekarangan rumah Heidi. Kambing2 itu, kata anakku, jinak dan siap menerima makanan dari wisatawan. Dengan membeli  sekantong makanan kambing khusus, seharga 1 Euro, wisatawan senang memberikan kambing2 itu makan .....

 

 Kambing gunung di Alpen, mungkin kan kambing2 ini adalah keturunan kambing2 gembalaan Heidi dan Peter? Hihihi …..

 

  Kambing2 dengan wisatawan …..


Aku tanya pada anak2ku, koq ga masuk rumahnya? Kata mereka, lagi ga ada yang jaga, dan juga harus membayar 5 Euro untul masuk kesana. Untunglah, anak-anakku berinisiatif membelikan aku beberapa lembar postcards, termasuk foto interior rumah Heidi .....

 

 Kehidupan Heidi dalam kartupos (postcard) …..

Dari foto2 yang diabadikan oleh anak2ku, aku membayangkan jaman Heidi dulu. Heidi di ‘ciptakan’ oleh Johanna Spyri sekitar tahun 1880an dan sudah difilmkan sejak tahun 1920an. Dunia Heidi yang ceria, hidup di kaki pegunungan Alpen, yang keyika musim panas, Alpen cerah ceria dan matahari bersinar di langit biru, dan ketika musim dingin, Alpen menjadi putih karena berselimut salju .....

Ketika musim semi, Alpen bertumbuh bunga2 cantik yang pastnya berwarna warni. Dan ketika musim gugur, dedaunan menguning bercampir coklat, berguguran di bumi Alpen. Hamparan daun2 kering pasti menyelimuti Alpen di saat itu ... dan pasti Heidi dan Peter bersenang2 di semua musim, bersama dengan kambing2 gembalaannya.

Cerita anak2ku di rumah Heidi tidak sampai disana saja. Dengan kamera DLSR andalan Dennis, dia mengabadikan 'cerita Heidi' lewat patung2nya. Dan hasilnya, aku abadikan dalam bebetapa postcard, tentang 'Heidiland'.

Cerita tentang Heidi sungguh memberkas di hatiku. Beberapa kali aku menapaki negara Swiss, belum sempat untuk khusus mencari rumah Heidi. Apalagi ketika aku masih remaja, dimana Heidi masih menjadi idolaku. Seingatku, tidak ada jalur khusus tour ke rumah Heidi. Karena mungkin memang tidak banyak yang ingin kesana …..

Kenyataannya tahun lalu kami kesana, memang hanya sedikit wisatawan yang ke Heidiland, padahal untuk tour ke Titlis, Luzern atau kota2 besar yang lain, bahkan sampai puluhan bus wisata yang penuh dengan wisatawan. Tetapi tidak ke Heidiland. Bahkan di bus wisata kami ini, hanya ½ bus untuk ke Heidiland …..

Tetapi untukku, Heidi adalah impian masa kecilku. Setelah beberapa kali aku ke Swiss, baru tahun 2014 lalu, aku bisa benar2 mewujudkan mimpi2ku untuk ke rumah Heidi, impian masa kecilku.

Ketika aku berharap penuh, sambil berusaha untuk mewujudkannya lewat semangat, usaha dan doa, sebagian besar mimpi2 masa kecilku benar2 terwujud. Bahkan mungkin tidak bisa bermimpi lagi, tetapi Tuhan benar2 baik dan nyata mewujudkannya. Seperti ke rumah Heidi, dengan keadaanku yang terbatas ini, toh aku mampu sampai kesana, walaupun ewat kedua anakku, karena benar2 aku tidak mampu berjalan dan mendaki di kaki pegunungan Alpen …..

Terima kasih Tuhan, Mimpi masa kecilku terwujud karena kebaikan MU …

 

Sebelumnya :

[Galeri Foto] Menuju ‘Heidiland’, Impian Masa Kecilku

Cerita Cinta tentang ‘Kebun 1000 Mawar’

Ketika 1000 Mawar Menghampiriku …..

Menuju ke ‘Perut Bumi’ : Terowong di Swiss

Hari Terakhir di Swiss, Menuju ke Liechtenstein …..

‘Zurich Hauptbahnhof’ : Stasiun Kereta Tersibuk di Dunia

‘Kesombongan’ Mereka Itu Membuat Aku Terkesima …..

Melihat Kehidupan di Kota-Kota Kecil dan Desa-Desa Swiss

Pesona dan Keindahan Danau Luzern [Vierwaldstättersee]

‘Luzern, Swiss ‘ : Kota Kecil Berpotensi Besar

Belanja Jam dan Coklat di ‘Shopping Street’ Grendelstrasse, Schwanenplatz, Luzern

[Engelberg] ‘Kota Malaikat’ : Salah Satu Kota Tercantik di Dunia yang tidak ter-‘Blow Up’

Tidak Bisa Bermain Salju di Titlis karena Hujan? Berfoto Saja, Yuuukkk …..

‘Glacier Cave’ : Cerita Gua Es dan Mimpi

Sensasi Makan Siang di Puncak Gunung Titlis, dan Harganya?? Wooww …..

Keindahan Salju di Titlis, Berbalut dengan ‘Kengerian’ …..

Menuju Puncak Titlis [ 2.238 Meter dari Permukaan Laut ] dengan ‘Cable Car’

Dari Alpnachstad, Menuju Puncak ‘Mount Pilatus’ …..

Pemandangan Swiss, Cantik? Indonesia juga! Tetapi …..

Jangan Pernah Berkata “Mahal” Jika Berniat Wisata ke Luar Negeri …..

“Sendiri” di Limmatstrasse Garden, Zurich City

Inspirasi dari ‘Zurich City’ untuk Tempat Tinggal yang Nyaman Bagi Warganya

‘Zurich City’ : Kota Metropolitan yang Peduli Kepada Warganya

‘Zurich Lake’ : Pemukiman Mahal untuk Sebuah Gaya Hidup

Indahnya ‘Zurich Lake’ [ Zurichsee ] …..

Kota Tua Zurich: Mengadaptasikan Konsep Modern Kota Dunia

Berkeliling di Kota Tua Zurich, di Swiss

Hari Kedua di Zurich : Hidup Itu Sangat Singkat

Ketika Mukjizat Tuhan Datang Tepat Pada Waktunya …..

Selamat Datang di Swiss, Selamat Tinggal Belanda

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun