Tuhan memang memberikan akal budi dan memerintahkan untuk manusia mengatur bumi dan isinya untuk kesejahteraan manusia kita sendiri. Tetapi Tuhan juga memberikan akal budi untuk tidak merusak bumi dan segala isinya! Akal budi kita harua dipergunakan untuk saling menjaga ekosistim dunia. Saling membutuhkan antara manusia, hewan dan tumbuhan akan membuat isi bumi sejahtera ......
Masing-masing manusia diberi talenta untuk berkarya. Kita memang tidak akan mampu untuk mengatur semuanya sendiri, tetapi setidaknya kita bisa menjada lingkungan kita sendiri. Jangan membuang sampah sembarangan, memelihara tanaman, mengadihi hewan-hewan kecil degnan tidak membunuhnya (seperti cacing, ulat atau cicak).
Hewan-hewan yang memang mengganggu dan menyebabkan sakit memang bisa dimusnahkan tetapi tidak semata-mata membunuh mereka dengan alasan “memang mau membunuh!”. Kita membasmi mereka karena mereka bisa menularkan penyakit, tetapi tidak semata-mata membunuh, karena mereka pun berada dalam ekosistim, dan ada rantai makanan yang harus dipenuhi untuk kehidupan dalam ekosistim berjalan dengan baik.
Seperti cicak di rumahku yang ‘kehilangan’rantai makanannya. Tentu, aku memilih menyemprot nyamuk-nyamuk itu supaya kita tidak terserang penyakit, dibanding dengan memilih cicak yang membutuhkan nyamuk. Tetapi aku memilih ‘berteman’ dengan cicak itu dan memberi makan nasi yang cicak itu inginkan …..
Fokus utama dalam artikel ku ini adalah bahwa manusia berada di SEMUA titik dan lini alam. Bahkan kedatangan manusia untuk sekedar mendaki gunung dan katanya ‘pecinta alam’, akan merusak alam. Karena ketika pendaki gunung beristirahat, biasanya mereka akan mencari kayu bakar untuk membuat api. Membuat minuman atau makanan. Bahkan mungkin sebagian besar ‘pencinta alam’ itu merokok, yang beresiko membakar hutan …..
*****
Si cicak itu memang menjadi seekor hewan ‘mutan’, yang berhasil menyesuaikan dirinya untuk keberlangsungan hidupnya. Mungkin seekor cicak yang kecil, yang memakan nasi, bukan sebuah berita yang heboh atau bukan menjadikan cicak kecil itu membahayakan dan menjadi kadal raksasa.
Tetapi bisa dibayangkan, ketika hewan-hewan besar di alam liar itu menjadi ‘mutan’ yang menyesuaikan dirinya sebagai hewan yang semakin berbahaya, kita akan mendapatkan ‘balasan yang setimpal’ dari pengrusakan alam, yang mengakibatkan alam membalas kita dan membahayakan hidup kita …..
Sekarang, seberapa besar kah kita manusia merusak alam dan bagaimana kita berusaha untuk memperbaikinya? Setidaknya, kita bisa melakukannya dari yang sekecil-kecilnya di lingkungan kita …..
Mari selamatkan bumi ini ……
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H