Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Cicak Itu Makan Nasi? So What?

26 Juni 2015   10:49 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 8587
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Ilustrasi: www.cerpen123.com

By Christie Damayanti 

Masih adakah alam liar?

Beberapa orang menganggap bahwa sudah terlambat untuk menyelamatkam bumi, karena hampir tidak ada tempat alami yang tersisa.

Hampir semua alam liar menunjukan adanya campur tangan manusia. Pendaki gunung menaklukkan puncak gunumg, mobil mengarungi gurun pasir, polusi sampah yang dibuang dengan sembarangan. Dan tidak ada yang dapat melarikan diri dari perubahan iklim akibat pemanasan global .....

Jadi, sebenarnya apa atau siapakah "musuh" bagi bumi? 

Ya! MANUSIA lah musuh terbesar dari bumi, alam liar dan semua isi dunia!

Ekosistem merupakan tempat hidup bersama dari berbagai jenis hewan dan tumbuhan, saling bergantung sampai membentuk jaringan hubungan yang sangat rumit. Tetapi biasanya, manusia terfokus untuk menyelamatkan hidup hewan-hewan besar saja, tetapi mereka luput memikirkan segala jenis tanaman bahkan tidak memikirkan hewan-hewan kecil yang (bisa saja) tidak kelihatan, seperti serangga, dimana serangga ini merupakan makanan bagi hewan-hewan tertentu ......

Aku tercenung ketika seekor cicak muncul tiba-tiba di depanku dari bawah piringan putar di atas meja makan kami di rumah. Mata cicak itu besar, melotot dan lidahnya menjurung panjang.

Dia tidak takut melihatku bahkan ketika aku menjulurkan tangan kiriku untuk menyentuhnya, cicak itu pun banya melirikan matanya dan aku bisa menyentuh tubuhnya .....

Aku memang pencinta lingkungan. Dan aku memang "gila" binatang. Aku bisa menangis berderaiderai air mataku, ketika aku melihat hewan mati, apalagi mati dengan cara yang mengenaskan. Dimana aku bisa garang dan galak luar biasa jika aku memantau proyek-proyek dan pekerjaanku. Sebuah perbedaan yang sangat signifikan!

Cicak itu bersuara lemah dan kuamati, dia terlihat seperti mencari sesuatu. Pastilah makanan. Dan aku mengamati, di mana ada nyamuk untuk makanannya?

Beberapa menit berlalu, tiba-tiba cicak itu menjulurkan lidahnya dengan sangat cepat, mengambil ...... nasi putih yang terjatuh di dekat piringku! Dan seketika cicak itu memakannya, dan berlari maduk ke bawah piringan putar meja makan ku.

Cicak itu memenuhi pemikiranku sampai sekarang, karena tiap hari cicak itu menyapaku dengan matanya yang besar dan lidahnya yang panjang. Dan dia mencari makan nasi yang aku memeng sediakan untuknya.

Jika tidak tidak peka, tidak peduli cicak makan apa. Kita tidak peduli ada cicak bahkan mungkin kita memburu dan membunuhnya karena geli. Apalagi orang-orang yang memang jijik dan takut cicak. So what?

Tetapi tidak untuk orang-orang yang peduli lingkungan. Setidaknya untuk ku. Cicaknya sendiri, membuat aku "jatuh cinta", seperti yang aku tulisan di atas bahwa aku gila binatang. Apalagi cicak itu selalu menyapaku di atas meja makan! Ditambah makanan cicak yang tidak semestinya! Ya! Mengapa cicak makan nasi? Itu bukan makanan cicak! Itu makanan manusia!

Pemikiranku jatuh tentang ketidak-adanya nyamuk-nyamuk yang merupakan makanan utama cicak. Ya, pasti nyamuk-nyamuk itu sudah sangat sedikit (setidaknya di rumahku) karena obat nyamuk. Tidak diragukan lagi, mungkin populasi nyamuk di runahku menipis sehingga cicak-cicak yang ada mencari makanan yang lain ......

Semestinya, beginilah makanan cicak …..


*****

Pertanyaan yang mendasar :

Pilih mana, kita digigit nyamuk bahkan beresiko sakit demam berdarah, atau nyamuk "dikorbankan" untuk populasi cicak dan cicak-cicak di rumah menjadi polutan dan berganti makanan lain?

Tuhan memang memberikan akal budi dan memerintahkan untuk manusia mengatur bumi dan isinya untuk kesejahteraan manusia kita sendiri. Tetapi Tuhan juga memberikan akal budi untuk tidak merusak bumi dan segala isinya! Akal budi kita harua dipergunakan untuk saling menjaga ekosistim dunia. Saling membutuhkan antara manusia, hewan dan tumbuhan akan membuat isi bumi sejahtera ......

Masing-masing manusia diberi talenta untuk berkarya. Kita memang tidak akan mampu untuk mengatur semuanya sendiri, tetapi setidaknya kita bisa menjada lingkungan kita sendiri. Jangan membuang sampah sembarangan, memelihara tanaman, mengadihi hewan-hewan kecil degnan tidak membunuhnya (seperti cacing, ulat atau cicak).

Hewan-hewan yang memang mengganggu dan menyebabkan sakit memang bisa dimusnahkan tetapi tidak semata-mata membunuh mereka dengan alasan “memang mau membunuh!”. Kita membasmi mereka karena mereka bisa menularkan penyakit, tetapi tidak semata-mata membunuh, karena mereka pun berada dalam ekosistim, dan ada rantai makanan yang harus dipenuhi untuk kehidupan dalam ekosistim berjalan dengan baik.

Seperti cicak di rumahku yang ‘kehilangan’rantai makanannya. Tentu, aku memilih menyemprot nyamuk-nyamuk itu supaya kita tidak terserang penyakit, dibanding dengan memilih cicak yang membutuhkan nyamuk. Tetapi aku memilih ‘berteman’ dengan cicak itu dan memberi makan nasi yang cicak itu inginkan …..

Fokus utama dalam artikel ku ini adalah bahwa manusia berada di SEMUA titik dan lini alam. Bahkan kedatangan manusia untuk sekedar mendaki gunung dan katanya ‘pecinta alam’, akan merusak alam. Karena ketika pendaki gunung beristirahat, biasanya mereka akan mencari kayu bakar untuk membuat api. Membuat minuman atau makanan. Bahkan mungkin sebagian besar ‘pencinta alam’ itu merokok, yang beresiko membakar hutan …..

*****

Si cicak itu memang menjadi seekor hewan ‘mutan’, yang berhasil menyesuaikan dirinya untuk keberlangsungan hidupnya. Mungkin seekor cicak yang kecil, yang memakan nasi, bukan sebuah berita yang heboh atau bukan menjadikan cicak kecil itu membahayakan dan menjadi kadal raksasa.

Tetapi bisa dibayangkan, ketika hewan-hewan besar di alam liar itu menjadi ‘mutan’ yang menyesuaikan dirinya sebagai hewan yang semakin berbahaya, kita akan mendapatkan ‘balasan yang setimpal’ dari pengrusakan alam, yang mengakibatkan alam membalas kita dan membahayakan hidup kita …..

Sekarang, seberapa besar kah kita manusia merusak alam dan bagaimana kita berusaha untuk memperbaikinya? Setidaknya, kita bisa melakukannya dari yang sekecil-kecilnya di lingkungan kita …..

Mari selamatkan bumi ini ……

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun