Begitu kami smpai di puncak tertinggi dalam Kebun Raya itu, kami berhenti di sebuah area khusus yang memang untuk perhentian mobil. Udara sejuk dan enak sekali. Sedikit hujan rintik2, tetapi tidak menyurutkan aku untuk mengambil gambar dan foto. Sebuah tempat yang sangat spesifik, di tengah hutan Damar, dengan pohon2 yang tinggi2, dengan suara2 hewan hutan serta bau tanah dan bau hujan yang sangat segar, membuat anak2ku bersemangat untuk turun ke sebuah kawasan yang paling terkenal di Baturade, yaitu Pancuran Pitu ( Tujuh ). Kata orang, seseorang yang belum pernah ke lokasi ini, dianggap belum pernah ke Baturaden, hehehe ...... lebay deh .....
Lokasi Pancuran Tujuh berjarak sekitar 2,5 km ke arah atas gunung. Banyak wisatawan lokal di lokasi Pancuran Pitu, dengan berjalan kaki, menaiki kendaraan pribadi ( seperti yang kami lakukan sekarang ), atau memutar melewat jalur Bumi Perkemahan Baturaden. Dulu sekali, kami pernah ke lokasi ini, memutar di Bumi Perkemahan, dengan sebagian naik mobil, sebagian berjalan kaki, termasuk kami ke daerah peternakan sapi dan babi. Dan daerah ini memang merupakan obyek wisata yang sangat - sangat potensial sebagai wisata keluarga .....
Airnya berwarna coklat kemerahan, karena sulfur ( belerang )?
Wisata Pancuran Pitu, merupakan salah satu kawasan wisata yang terletak dalam lingkungan Lokawisata Baturaden. Merupakan sumber air panas bumi yang terpancar langsung dari kaki Gunung Slamet, yang keluar melalui pancuran atau lubang, yang memancar sebagai air panas.
Aku memang sudah tidak bisa kesana lagi, karena untuk ketempat itu, dari parkir kendaraan kami, kami harus turun sekitar 250 anak tangga, sebelum memasuki kawasan Pancuran Pitu, karena posisi sumber air panas bumi itu, terletak di bagian bawah bukit.
Aku meminta anak2ku dan papaku untuk mengambil banyak gambar atau foto, sehingga aku bisa membayangkan, bagaimana tempat tersebut. Juga bukan hanya di lokasi itu saja, tetapi dari anak tangga pertama sampai anak tangga terakhir, aku minta tolong untuk merekan gambarnya, lewat kamera pocketku.
Ternyata, menurut cerita dan foto2, dalam perjalanan menuju sumber air panas itu, melewai kios2 yang menjual aneka cindera mata dan makanan, seperti bakso, soto atau makanan2 kecil. Buatku, sebenarnya sangat sayang, karena kios2 itu tidak di fasilitasi dengan dana pemerntah daerah, sehingga terkesan berantakan dan apa adanya. Jika pemda ikut turun tangan, pastilah kios2 tersebut bisa menjadi lebih baik.