De Wallen, ada di tepi sungai kecil di Amsterdam, yang sebenarnya bisa untuk 'kongkow' JIKA tidak di barengi sebagai daerah 'lampu merah' .....
Sebenarnya buat aku, konsep prostitusi legal seperti ini menyalahi hukum agama manapun, yang aku tahu. Tapi, sudahlah ..... semua berpulang dari masing2 individu, dan kita semua berhubungan dengan pribadi dan Tuhan kita. Aku hanya sedikit membeberkan fakta2 yang terjadi, ketika prostitusi dijadikan 'barang legal'.
Info yang aku dapat, bahwa wanita tuna susila di Belanda tidak tidak boleh menikah. Pria menikah dan lelaki Yahudi diarang mempekerjakan wanita tuna susila. Disana, prostitusi dianggap sebagai profesi terhormat, ......... astagaaaaaa ..... Wanita2 itu, mempunyai konsep 'kehormatan' sebagai yang spesifik dan sangat penting dalam masyarakat Belanda, dan sebagai warga negara Belanda kenyataannya menjadi kriteria untuk stratifikasi masarakat mereka.
Abad2 awal, porstitusi dalam agama apapun ( dan sampai sekarang ), tetap tidak dilakukan atau dilarang, termasuk dalam Gereja Katolik dan Protestan yang sebagai mayoritas agama di Beanda. ( Kalau begitu, apa yang mereka dicari? Hmmmmm ..... ).
Teman2ku, yang semuanya lelaki, memelototkan mata mereka, ketika beberapa rumah yang bisa 'mempertontonkan' wanita2 itu, mulai buka. Aku hanya menggelengekan kepalaku, sedikit 'eneg', ketika wanita2 itu 'menggoda' pria2 dan turis2 seperti kami. Dengan gaya yang seronok, dan hampir semua memakai hanya bra dan celana dalam mini, atau yang lebih berani lagi, sama sekali tidak memakai apa2 dengan hanya memakai lingerie tipis, seperti tidak memakai apa2 ...... astagaaaaa ......
Semua wanita2 yang dipertontonkan dalam romah kaca ini, ya seperti ini ...... mereka dengan caranya menggoda pria untuk 'membeli' mereka .....( aku tidak memposting foto2 vulgar mereka, Â terlalu 'mengerikan' )
Pria2 itu ( minus teman2ku, karena aku bersyukur bahwa mereka tidak se'nakal' itu, dengan keluarga yang baik dan manis ), banyak yang menghampiri jendela kaca tersebut. Jika mereka ingin 'memakai atau membelinya', mereka cukup dengan hanya mengangkat telpon di samping jendela dan berbicara langsung kepada wanita yang dimaksud ......
Duuuhhhh, apakah aku yang 'ketinggalan jaman' dan terlalu naïf, atau mereka yang kelewatan?