Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Merajut Kemandirian Bagi 'Stroke Survivor': Sarasehan pada Hari Stroke Sedunia - 29 Oktober 2011

30 Oktober 2011   22:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:16 758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By Christie Damayanti

[caption id="attachment_145244" align="aligncenter" width="650" caption="Dr. Laksmi, Dr. Herdiman dan aku."][/caption]

Senang sekali, aku bisa dilibatkan untuk bersaksi di komunitas Insan Pasca Stroke ( IPS ), ketika salah satu Kompasianer, Pak Windu Hernowo yang juga seorang Insan Pasca Stroke mengirim email untuk aku supaya aku bisa berbagi kesksian dari aku mendapat serangan Stroke dan bisa 'survive' sampai sekarang, di Hari Stroke Sedunia, di Departemen Kesehatan, tanggal 29 Oktober 2011.

Fokusku setelah serangan stroke ini, aku ingin 'memperkenalkan' bahwa stroke sekarang ini tidak hanya menyerang orang2 tua saja, tetapi orang2 muda di usia produktif ( lihat tulisanku  Kini, Stroke Pun Menyerang Usia Muda ). Dan karena aku memang salah satu IPS, serta aku sudah dianugerahkan kesempatan kedua oleh Tuhanku ( lihat tulisanku Kesempatan Kedua : Tuhan 'Menghidupkan' Aku Lagi ), aku memang ingin membuat suatu wadah untuk berkumpulnya IPS dan sebagai pendukung bagi warga IPS yang belum merasakan kehidupan yang dianugerahkan Tuhan bagi kita, bahwa Stroke Bukan Akhir Dari Segalanya . Karena ternyata masih banyak sahabat2 pasca stroke yang putus asa dan depresi sampai bisa bunuh diri karena merasa hidup mereka sudah berakhir setelah terkena stroke.

Bapak Windu Hernowo, Kompasianer, sebagai moderator sesi ke-3 dan ke-4, yang juga  Insan Pasca Stroke, yang mengajakku bicara di depan 500 undangan di Departemen Kesehatan Kuningan dalam rangka Serasehan Peduli Stroke - Hari Stroke Sedunia.

Pagi itu, Sabtu 29 Oktober 2011, aku bersiap untuk berbicara didepan sekitar 500 orang undangan yang sebaagian besar adaah IPS. Sebenarnya, dulu sebelum aku diserang stroke, aku sering berbicara di seminar2 di univesitas tempat aku mengaja sebagai dosen atau presentasi2 di tempat aku bekerja untuk mempresentasikan konsep2 desainku. Tetapi, ternyata setelah aku terserang stroke, semua tidak sama lagi , karena bicaraku belum lancar dengan lumpuh ½ di tubuhku dan aku tidak terlalu percaya diri ..... walau sebenarnya aku pernah juga diminta untuk berbicara di sebuah seminar di depan sekitar 200 orang undangan dari guru2 SMP di Jakarta dan sekitarnya, pada bulan Maret 2011 ( lihat tulisanku  Kompasiana dan Museum Perangko, Membuat Aku Mulai Bisa Merefleksikan Diri di Balik Ketidak-sempurnaanku ).

Setelah selesai sambutan dari ketua LSM Himpunan Peduli Stroke, Drs. Kamel Kinaly Dipl.RP dan keynote speaker Menteri Kesehatan Ibu di. Endang Rahayu Sedyaningsih MPH DR Ph ( yang diwakili ), kami istirahat / rehat kopi sebelum dimulainya sesi pertama, dimana aku sebagai pembicara pertama. Aku mulai tegang, jantungku berdebar .....

Aku digandeng mamaku, untuk berbicara di depan banyak orang .....

Begitu selesai rehat, aku bersiap untuk maju ke depan ketika moderator menyebut namaku untuk memulai presentasi testemoniku. Aku duduk di sebelah kiri sang moderator, Dr. Herdiman ..... Dan di sebelah kanan sang moderator adalah Dr.dr. Widjaja Laksmi, SpKF (K), Msc. Aku dengan testimoniku : 'I am Just Ordinary Disabled Woman Becouse of Stroke but I Know that JESUS Loves Me, dan Ibu Laksmi dengan tulisannya 'Peran Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Dalam Merajut Kemandirian Bagi Insan Pasca Stroke'.

Dengan bersemangat, aku menceritakan tentang kesaksianku dalam mengalami stroke hingga aku bisa survive sampai sekarang .....

Aku di sesi yang pertama :

Bahwa aku selalu ingin terus besyukur dengan keadaanku. Sejak terserang stroke di Amerika dan dokter2ku disana mengatakan bahwa aku ( mungkin ) tidak pernah akan 'bangun' lagi karena pembuluh darah otakku pecah dan otakku tergenang darah sampai 20%, tetapi aku tidak pernah menangis karena strokeku.

Bahwa aku hanya ingin selalu berdoa untuk bisa tetap member nafkah anak2ku, secara aku hanya seorang 'single parent' bagi mereka. Siapa yang bisa membiayai mereka sementara sebentar lagi salah seorang anakku, Dennis, akan melanjutkan kuliah setelah lulus SMA.

Bahwa walau aku seorang 'ordinary disabled woman' tetapi Tuhan Jesus tetap mencintaiku, dimana aku tetap bisa berkarya walau dalam keterbatasan. Dan aku tetap bisa berprestasi, termasuk aku bisa berbicara di depan sekitar 500 undangan dengan keterbatasan kata2ku .....

Bahwa terserangnya aku stroke memberikan aku kehidupan yang sungguh2 bisa aku nikmati sebagai makhluk Tuhan yang selau mau belajar dalam pembinaan imanku terhadap Tuhan. Aku bisa 'membalikkan' kehidupanku 180 derajad dan aku masih bisa menikmati hidupku dengan bahagia .....

Aku memandang satu persatu undangan di depanku ketika aku mulai percaya diri. Tatapan mata mereka tertuju kepadaku. Dan aku melihat banyak tatapan mata yang berkaca2 dan seringkali mereka menghapus air matanya. Aku tersenyum memandang mereka. Ternyata, kami, para insane pasca stoke, saling pedli satu sama lain dan aku ingin berbagi carite bahwa 'inilah aku, sahabats, mari kita bergandeng tangan untuk saling mendukung dalam menatap masa depan' .....

Aku bisa melihat, wajah2 tua IPS ternyata tidak percaya bahwa aku menderita stroke di usia muda, dimana mereka terserang stroke di usia tua mereka. Aku menyakinkan mereka bahwa aku tidak bersedih dan aku selalu bersyukur atas Tuhan memberikan aku percobaan yang ungguh tidak mudah aku jalani.

Dan dengan bu Laksmi membawakan makalahnya, ternyata merajut kemandirian pasca stroke, ternyata memang tidak mudah. Bahwa pada dasarnya, untuk rehabilitasi stroke lebih berhasil untuk melibatkan masyarakat. Peran serta masyarakat ditingkatkan dalam bentukrehabilitasi bersumberdaya masyarakat, dimana anggota masyarakat berperan sebagai kader kesehatan di lingkungannya di bidang penanggulangan stroke.

Selesai tanya jawab, kami rehat makan siang. Kami menerima kenang2an dari acara ini. Dan banyak IPS menyalamiku dengan mata berkaca2 serta bicara dengan suara parau. Aku banyak memeluk ibu2 tua yang menyalamiku dan menepuk2 tangan bapak2 tua yang sangat tersentuh tentang kesaksianku. Bapak2 tua itu menangis, beliau tidak bisa berjalan dan tidak bisa berbicara. Lama aku mengobrol dengannya. Setelah beliau tenah, aku meninggalkan beliau untuk mengambil makan siang .....

Aku menerima kenangan2. Ini adalah pencapaianku yang kesekian kalinya setlah aku terserang stroke 1 tahun 10 bulan lalu ..... Puji Tuhan .....

Maka siang kami diliputi canda tawa para IPS dan tidak henti2nya mereka menanyakan aku tentang ini dan itu. Kami banyak berfoto bersama dan mereka meminta nomor telpon ku untuk mereka undang sebagai undangan atau pembicara di dalam acara2 semacam ini. Mereka mengatakan, bahwa aku menjadi motivator dan inspirator untuk mereka. Bahwa beberapa dari mereka mulai putus asa dengan keadaan pasca stroke yang lebih dari 10 tahun.

Teman2 papaku pasca stroke yang juga sangat mendukungku aku di rehat .....

Beberapa teman pasca stroke dan mamakuyang sangat medukung aku ....

Para IPS memainkan angklung dan bernyanyi2 bahagia, mereka sangat percaya diri dengan masing2 derajad kecacatannya, seperti aku. Bahwa benar, terserang stroke bukan akhir dari segalanya .....

Setelah rehat makan siang selesai, kami masih mengikuti 2 sesi lagi, yaitu sesi oleh Bapak Tri Swasono Hadi, M.Psi sebagi psikolog yang membawakan makalah tentang "Dari Penderita Menuju Penyintas ( penyintas = orang yang sudah berhasil melewati serangan stroke dan survive ). Mengatakan bahwa untuk survive, diperukan jalan '4B' yaitu Beradaptasi, Berdayaguna, Bermakna dan Berbahagia.

Dr. Salim Harris, pak Windu Hernowo ( kompasianer ) dan bapak Tri Swasono Hadi di sesi-3 dan sesi-4.

Sesi terakhir, adalah yang paling pokok merupakan doker ahli syaraf, Dr, Salim Harris, SpSK, FICA. Beliau mengatakan bahwa, kita mampu untuk berbahagia dengan kapasitas yang kita miliki. Bahwa otak kita selalu bertumbuh dan berkembang. Dan apapun yang semua dokter pelajari ternyata hanya Tuhan yan akan menyembuhkan kita semua. Bahwa tidak ada satupun yang tidak mungkin untuk masing2 dari kita, termasuk kami, termasuk aku, insan pasca stroke ....

Dr. Salim Harris, sedang menjelaskan tentang gangguan pembuluh darah.

Sesi ini ditutup dengan Tanya jawab walau hanya sebentar karena Dr. Salim Harris terburu2 untuk harus berada di tempat lain. Dan setelah berfoto bersama. Kami masih saling berdiskusi, antar IPS. Kami, merupakan bagian dari komunitas pasca stroke dari 'club stroke' di masing2 rumah sakit. Berperiodik, kami melakukan seperti ini, berkumpul antar IPS dan saling mendukung demi masa depan kami semua.

Dengan adanya club stroke dan LSM Peduli Stroke, mari kita berdayakan para insan pasca stroke untuk tetap bisa berbahagia sehingga jika bebahagia, kehidupan dan pekerjaannya akan senantiasa masa depannya dipenuhi harum semerbak bunga2 .....

Sekali lagi, kami tidak ingin dikasihani, tetapi kami hanya ingin dihargai, karena kehidupan kami tetap sama dengan orang2 sehat lainnya walau dengan keterbatasan .....

Doa kami selalu untuk semua, satu dalam Tuhan.

Salamku .....

Just ordinary disabled woman, coz of stroke .....

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun