Teminal 2 pemberangkatan hampir sama dengan Terminal 1 dengan beda tiang2nya. Dan yang saya herankan, bahwa tiang2 Terminal 2 justru tidak di desain dengan cirri Indonesia ( tidak ada ukiran2 khas Indonesia ). Mengapa ?
Interior nya masih menggunakan konsep bandara internasional dengan berciri khas Indonesia, seperti warna terracotta dan desain struktur khs Indonesia ( yaitu desain struktur 'bambu' untuk plafond ).
Bangunan berwawasan lingkungan ( green building ) pun bisa di terapkan dengan adanya bukaan / jendela dan kaca yang ada di samping taman ini serta bukaan / kaca yang ada disamping plafond ( lihat foto di atas : sinar matahari masuk dari kasa di samping plafond sebelah kanan ). Sehingga tidak memerlukan lampu sepanjang hari.
Lihat, konsep green buildingyang berciri khas Indonesia, sangat diterapkan. Bukaan2 kaca / jendela serta sedikit ukiran2 khas Indonesia, menjadikan Bandara internasional ini lebih 'berkarakter'.
Untuk Terminal 1 dan Terminal 2 ini, masalahnya masih tentang warga kita. Banyak di toilet2 umum tidak dipakai dengan semestinya. Buat 'mereka', kloset duduk bida menjadi kloset jongkok dengan berjongkok di atas nya ( khusus Termial 1 ), dan toilet 'kering' untuk mereka menjadi toilet 'basah' dengan menyiram area unit toilet. Mungkin persoalannya, Bandara tidak memenuhi kebutuhan warga dengan adanya kertas tissue ..... Tetapi, beberapa saat ini, Bandara sudah merenovasi untuk semua ruang toilet. Semoga akan lebih baik.
Yang terakhir adalah Terminal 3. Seharusnya, konsep green building yang berciri khas Indonesia tetap berkesinambungan. Terminal 1, Terminal 2 dan Terminal 3. Sebenarnya, dengan konsep yang dibuat di Terminal 3 sudah cukup baik untuk sebuah bandara. Desainnya yang memang sangat moden mengingatkan saya di beberapa bandara di Asia. Ya, menurut saya, Terminal 3 sangat 'Asia modern' tetapi tidak berkarakter .......
Memang, Terminal 3 bukan untuk bandara Internasional. Tetapi, seharunyalah konsep Bandara Internasonal itu menjadi konsep yang komprehensif sebagai salah satu negara yang di minati menjadi tujuan wisata dunia.
Desain 'fasade' ( tampak depan ), memang modern dengan konsep 'high-tech' ( terlihat dari warna stainless steel dan baja ), tetapi tidak ada sama sekali cirri khas Indonesia. Konsep green building memang tetap diterakan, tetapi tidak berkarakter.
Ciri khas bandara internasional memang terdapat di Terminal 3 ini, tetapi cirri khas bandara Indonesia, teidak terdapat disini. Desain baja2 ringan yang menjadi cirri khas bangunan 'bentang panjang', memang sangat sesuai untuk sebuah bangunan bandara, tetapi seharusnya 'bentang panjang' seperti ini bisa di sesuaikan dengan karakter Indonesia, seperti Terminal 1 dan Terminal 2.
Coba lihat, asesoris untuk 'sigage' secara interior, mengapa tidak menampilkan asesoris yang berkarakter aindonesia? Mengapa di desain dengan konsep post-modernyang  sangat kental? Ya, memang bisa saja asesoris untuk signage secara modern, tetapi kita bisa mendesain lebih sedikiya ke-Indonesia-an, seperti misalnya, membuat 'sketsel' dengan berukir Indnesia modern di baurkan dengan memakai kasa dan stainless steel.
Ah, mungkin ini hanya saya saja yang membayangkan. Mungkin saya hanya salah satu arsitek idealis yang ingin memberikan apa yang terbaik untuk Indonesia. Mungkin Terminal 3 sudak di'rembug' sebagai yang terbaik dengan banyak desainer. Tetapi, menurut saya tentang Bandara Soekarno-Hatta, seharusnya bisa benar2 menjadi pintu gerbang untuk Indonesia. Konsep green building nya memang sudah sangat 'terterapkan' dengan acuan2 di atas, tetapi konsep bangunan ber'karakter'nya yang belum seluruhnya diterapkan .....