Ditambah dengan kurang sigapnya pengawasan arapat pemda untuk membangun rumah2 murah untuk kaum marjinal, yang seharusnya berada di tepi kota, menjadikan mereka mendesak masuk ke tengah kota dan mendirikan pemukiman kumuh serta membangun sosialisasi dan sentra bisnis untuk kalangannya ( PKL ), sehingga semakin runyamlah Jakarta!
Tetapi konsep 'suburb' di banyak negara memang mampu untuk mengurangi tekanan ke arah 'downtown' atau pusat kota Jakarta. Seperti Kelapa Gading, ternyata Kelapa Gading mampu menjadi fokus yang baru ( lihat tulisanku 'Dunia Glamour dan Gemerlap' Kelapa Gading ). Kelapa Gading mampu membuat warga Jakarta membelokkan arah matanya tidak ke sentra Jakarta dalam bisnis dan perdagangan ( misalnya, ke Mangga Dua atau Glodog ), tetapi menuju ke Kelapa Gading. Juga untuk entertainment serta rekreasi dan setra kuliner, Kelapa Gading sekarang adalah yang terbesar ......
Untuk kawasan Pluit pun, sudah menjadi area suburb sendiri bagi Jakarta. Kebayoran Baru memang merupakan suburb lama dan sekarang aparat pemda sudah kendor dalam promosi dan investasi disana. Kebayoran Baru memang sudah menjadi 'trade-mark' sebagai suburb 'kelas atas era tahun 1980-an' yang memang tidak suka terlalu penuh dan padat!
***
Sejak aku membuat thesis S2 ku tahun 1997 kemarin, aku sudah tahu tentang cerita poros Timur - Barat Jakarta. Dimulai dengan RUTR ( Rencana Umum Tata Ruang ) Jakarta tahun 2005, onsep poros Timur - Barat Jakarta mulai didengungkan. Bahwa untuk mengurangi tekanan pembangunan ke pusat kota Jakarta, pemda membangun awsan teradu tersebut. Untuk kawasan Timur Jakarta berada di lingkungan Pulo Gebang. Dan untuk kawasan Barat Jakarta adalah Kembangan.
Tetapi konsep poros Timur - Barat Jakarta ini, belum mampu membuat warga Jakarta ( khususnya kaum menengah kebawah ) untuk ikut 'membeli' properti disana karena beberapa sebab :
1. Perbedaan Jakarta Barat dan Jakarta Timur memang jauh.
Sebagian besar warga Jakarta sudah tahu, bahwa Jakarta Barat merupakan daerah elite dengan kehidupan glamour. Jakarta Barat sebagian besar dihuni oleh warga Jakarta etnis China. Slipi dan Grogol sampai Kembangan memang dekat dengan kehidupan hedonisme, dengan banyaknya mall besar dan mewah.
Sedangkan Jakarta Timur merupakan daerah warga Jakarta menengah kebawah. Dari Jatinegara, lewat Klender sampai Pulo Gebang, merupakan daerah bisnis mereka.
Bahkan investornya pun berbeda. Maksudnya, tidak banyak, atau belum banyak investor yang ingin mnggarap Sentra Primer. Bahkan ketika aku sempat tinggal di Kompleks Eramas 2000, berhadapan dengan Kantor Walikota Jakarta Timur, merasakan sendiri bahwa janji para developer disana sejak tahun 1994 ( kami membeli rumah disana awal tahun 1994 ) sama sekali tidak ada perubahan. Baik keadaan kompleks tempat aku tinggal atau kompleks2 yang lain disekitar sana, maupun fasilitas2 umum untuk Sentra Timur.
[caption id="attachment_326913" align="aligncenter" width="482" caption="www.jakarta.go.id"]