Mohon tunggu...
Christie Damayanti
Christie Damayanti Mohon Tunggu... Arsitek - Just a survivor

Just a stroke survivor : stroke dan cancer survivor, architect, 'urban and city planner', author, traveller, motivator, philatelist, also as Jesus's belonging. http://christiesuharto.com http://www.youtube.com/christievalentino http://charity.christiesuharto.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Mewujudkan 'Ruang Hijau Pribadi' Jakarta, Mungkinkah?

22 April 2014   23:00 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:20 702
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perkembangan dan pembangunan kota Jakaarta merupakan aktivitas yang sangat aktif, dan dengan perkembangan yang terus menerus dan pertambahan penduduk semakin padat, keterbatasan ruang dan lahan menyebabkan RTH terus berkurang. Dan itu menjadikan Jakarta semakin tidak sehat.

Bukan hanya tida sehat karena tidak bagusnya fungsi hidrologis, ekologis, kesehatan dan estetika saja, tetapi juga semakin banyak penduduk kota akan semakin menambah kerawanan dalam segala hal.

Kecenderungan pembangunan perkotaan, khususnya kota Jakarta yang memang berpenduduk padat, yang juga mereka merupakan masyarakat urban, umumnya mereka terlibat dengan masakah ekonomi. Dimana pada kenyataannya, keberadaan RTH menjado sebuah tata ruang dan space yang sangat lemah, dan paling berpotensial kurang terawasi, karena RTH sangat rawan sebagai space untuk sebuah 'kampung kumuh' perkotaan.

RTH dianggap TIDAK MEMPUNYAI nilai ekonomi untuk perkotaan, dan MEMPUNYAI nilai ekonomi tinggi bagi warga kota!

Sangat di mengerti untuk kaum urban atau marjinal dari hail urbanisasi. Jika mereka datang ke Jakaarta tetapi tidak atau belum mempunyai tempat tinggal, padahal mereka harus bertempat tinggal, dan mereka tidak mempunyai uang, mereka akan nekat membangun gubuk2 karton bekas untuk bertempat tinggal sementara di lahan2 terbuka ( seperti bantaran sungai, kolong jembatan atau pinngir jalan kereta api, yang sedianya merupakan RTH ), yang pada akhirnya menjadi tempat tinggal permanen.

RTH-RTH inilah yang lalu tidak memounya nilai ekonomi bagi perkotaan, secara juga paling tidak menghasilkan. Tetapi RTH ini justru mempunyai harga dan nilai ekonomi tinggi bagi warga kota yang tidak mempunyai uang untuk bertempat tinggal, dan dijajakan oleh oknum2 yang tidak bertanggung jawab.

Tetapi apa pun yang terjadi, kita harus mengupayakan keberadaan RTH demi terciptanya kualitas lingkungan perkotaan yang  tidak memburuk. Apapun itu! Perkembangan kota harus diarahkan untuk tidak merusak dan tidak mengurangi jumlah RTH-RTH yang sudah ada, dan justru menambah RTH-RTH baru .....

Memang semuanya harus kepedulian diri sendiri untuk 'daerah hijau' pribadi, dan pemda harus menghimbau, bahkan bisa mendesak untuk investor2 besar mau mengupayakan pembangunan RTH-RTH baru demi keberlangsungan ekosistim perkotaan, khususnya kota Jakarta ini .....

13096071791943036955
13096071791943036955

Profil | Tulisan Lainnya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun