Mohon tunggu...
christiantowibisono
christiantowibisono Mohon Tunggu... profesional -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seandainya Soe Hok Gie Tidak Mati Muda

10 Oktober 2016   19:14 Diperbarui: 10 Oktober 2016   19:26 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Menjelang akhir Kabinet Kerja, Bung Karno mengangkat tiga menteri keturunan Tionghoa, yaitu Oei Tjoe Tat SH, H Mohamad Hasan alias Tan Kiem Liong dari NU sebagai menteri CUrusan Pendapatan Pembeayaan dan Pengawasan yang melakukan pengampunan pajak pertama dalam sejarah RI pada 1964.

Yang ketiga adalah arsitek Ir David G Cheng yang membuat desain Menara Bung Karno meniru Seattle Needle Tower yang batal di Ancol.

Orde Baru mengandangkan kelompok Tionghoa hanya di sektor bisnis dan tidak ada satu menteri pun dari kalangan Tionghoa. Baru disaat terakhir Soeharto mengangkat Bob Hasan menjadi menteri Perindustrian dan Perdagangan.

Belum tentu juga Soe Hok Gie bisa berperan dalam rezim Orde Baru yang lebih bertumpu pada koalisi militer Golkar, di mana peran CSIS dan tokoh seperti Harry Tjan Silalahy dan Jusuf Wanandi sebagai pembisik Ali Murtopo sangat dominan meskipun tidak menduduki posisi formal menteri kabinet.

Arief Budiman mengkompensasi kematian adiknya dengan berperan aktif dalam Komite Anti Korupsi 1970 bersama Akbar Tanjung.

Arief sebetulnya merasa lebih pas menjadi budayawan dan bukan aktivis hectic seperti Hok Gie. Gaya maverick unik Soe Hok Gie memang sosial demokrat tulen mengikuti pola lawan politik yang gentleman, kesatria dan sportif Voltaire dan Rousseau yang berbeda pendapat opini dan pandangan, tapi tidak perlu bermusuhan secara fisik.

Skripsinya tentang PKI sempat membela nasib buruk masyarakat mengambang anggota PKI yang dibunuh dan ditahan sewenang wenang. Seandainya Soe Hok Gie masih hidup dan berduet dengan juniornya, Prabowo, barangkali dia sudah mendahului menjadi A Hok Angkatan 66.

Tapi sejarah dan predestinasi Tuhan dan Indonesia menentukan lain. Soe Hok Gie mati muda dan masih murni sehingga dijadikan ikon Angkatan 66 yang masih murni oleh majalah Tempo. Sementara A Hok menjadi ikon paska Angkatan 98.

Pesan substansial yang harus kita camkan adalah, biarlah suksesi melalui people powerberdarah seperti 1966 dan 1998 tidak akan terulang lagi dalam sejarah masa depan RI yang sudah 71 tahun ini.

Biarlah pemilu yang adil dan jujur menjadi penentu pemilih siapa yang patut berkuasa dan bukan intrik politik keji model 1966 atau 1998.

Mengkawatirkan karena kasus AlMaida menjadi bola liar SARA pada Pilgub DKI. Soe Hok Gie di alam baqa tentu punya keprihatian dan kepedulian khas yang berbeda dari politisi Ken Arokian di bumi Jakarta pada Oktober 2016 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun