Mohon tunggu...
christiantowibisono
christiantowibisono Mohon Tunggu... profesional -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seandainya Soe Hok Gie Tidak Mati Muda

10 Oktober 2016   19:14 Diperbarui: 10 Oktober 2016   19:26 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Konfrontasi pembebasan Irian Barat dari Belanda menelan biaya utang USD 2,5 miliar dengan membeli kapal selam dan pembom serta pemburu MIG yang menjadikan AURI dan ALRI sebagai Angkatan Perang terkuat di Belahan Bumi Selatan.

Tapi ekonomi merosot karena nasionalisasi perusahaan Belanda terutama KPM tanpa kemampuan melanjutkan jasa Regular Liner Service (RLS) mengakibatkan biaya logistik nusantara termahal di dunia hingga detik ini.

Ongkos angkut jeruk Pontianak ke Jakarta lebih mahal dari jeruk Mandarin Shanghai ke Tanjung Priok. Pada 25 Agustus 1959, Menteri Keuangan Djuanda dan Menteri Muda Keuangan Notohamiprojo melakukan sanering kedua dalam sejarah RI setelah gunting Syafrudin 1950 oleh Menkeu Syafrudin Prawiranegara dari Masyumi.

Djuanda menghapus nol dari pecahan Rp 1.000 dan Rp 500 sehingga nilai jadi Rp 100 dan Rp 50. Masyarakat menjerit karena gajah (gambar Rp 1.000 dan macan Rp 500 ditembak mati tinggal 10 persen).

Deposito di atas Rp 25.000 disita paksa diganti obligasi 30 tahun. Tapi rakyat tetap mendukung Bung Karno yang berhasil mengembalikan Irian 1963.

Sayang setelah itu Bung Karno mengganyang Malaysia dalam rangka menciptakan musuh bersama agar TNI dan PKI tidak pecah berperang saudara.

Itulah suasana batin rezim politik Bung Karno era 1963-1965. Pembunuhan para jenderal TNI 1 Oktober 1965 mengakhiri hamil tua bayi perang saudara TNI-PKI.

Situasi memburuk ketika ekonomi terpuruk karena Menkeu Sumarno (ayahanda Rini Sumarno, menteri negara BUMN) dan Gubernur Bank Sentral Jusuf Muda Dalam pada 13 Desember 1965 menukar Rp 1.000 yang lama dengan Rp 1 uang baru.

Ini memicu inflasi 650 persen dan harga melambung sehingga mahasiswa bergerak sejak 10 Januari 1966 dengan demo yang semakin mengental menjadi people power.

Pada 24 Februari 1966 Bung Karno melantik kabinet yang memecat Menko Hankam Kasab Nasution dan gugurlah Arif Rahman Hakim di Medan Merdeka Utara.

Prosesi pemakaman Arif Rahman Hakim pada 25 Februari 1966 dihadiri lautan manusia dari Bunderan HI hingga pemakaman Blok P (sekarang kantor walikota Jakarta Selatan).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun