Mohon tunggu...
christiantowibisono
christiantowibisono Mohon Tunggu... profesional -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seandainya Soe Hok Gie Tidak Mati Muda

10 Oktober 2016   19:14 Diperbarui: 10 Oktober 2016   19:26 796
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Inilah yang ditulis oleh para pengamat sebagai 60 hari yang menjatuhkan rezim Bung Karno. Soeharto sendiri melakukan ‘kudeta melata’ ini dengan sabar dan tidak sekaligus mengeliminasi Bung Karno.

Setelah menerima Supersemar 11 Maret, maka pada 12 Maret dia membubarkan PKI dan pada 18 Maret 1966 menahan 15 menteri kabinet termasuk dua waperdam Subandrio dan Chairul Saleh serta Gubernur BI Jusuf Muda Dalam.

Pada Juni 1966, Sidang Umum V MPRS meralat ketetapan MPRS 1963 yang mengangkat Sukarno sebagai presiden seumur hidup dan mengukuhkan Supersemar menjadi TAP MPRS yang tidak bisa dicabut lagi oleh Presiden Sukarno.

MPRS juga menugaskan Soeharto membentuk Kabinet Ampera sebagai ketua Presidium 25 Juli 1966. Pada 17 Agustus 1966, Presiden Sukarno masih berpidato di depan masa di lapangan Monas berjudul Jangan Sekali-kali melupakan Sejarah disingkatJasmerah.

Itulah pidato perpisahan terakhir Bung Karno. Sebab pada Maret 1967, Sidang Istimewa MPRS akan mencabut mandat Presiden Sukarno dan menetapkan Soeharto sebagai pejabat presiden.

Setelah itu, pada 1968 Soeharto menyelenggarakan Sidang Umum V MPRS  yang mengukuhkan dirinya sebagai presiden untuk melaksanakan pemilu 1971.

Sejak itu Soeharto akan dipilih terus menerus berulang kali sebagai calon tunggal oleh MPR dari hasil pemilu yang 1/3 diisi oleh orang yang diangkat dan sisanya sudah dilitsus oleh intelijen untuk memilih Soeharto. Hingga akhirnya pada pemilu 1997, MPR mengangkat kembali dirinya sebagai presiden ketujuh Maret 1998.

Semua ini tidak terbayangkan oleh Soe Hok Gie yang mati muda pada 1969 dan hanya sempat dua tahun menjadi mentor untuk Prabowo Subianto dalam small grup diskusi kelompok independen.

Soe Hok Gie punya kapabilitas untuk menjadi elite termasuk menteri kabinet. Tapi ia menolak jalur formal anggota DPR dan mengirim lipstik kepada mantan Presidium KAMI Pusat yang diangkat menjadi anggota DPR untuk mengukuhkan Soeharto sebagai pengganti Bung Karno.

Selama 20 tahun kepresidenan Bung Karno, ada tujuh tokoh Tionghoa menjadi menteri kabinet. Siauw Giok Tjhan dan Tan Po Goan adalah menteri Negara Urusan Peranakan Kabinet Syahrir dan Kabinet Amir Syarifudin.

Ong Eng Die berkarir sejak menteri Muda Keuangan Kabinet Amir dan menteri Keuangan Kabinet Ali Sastroamijoyo I. Dr Lie Kiat Teng alias dr Mohamad Ali dari PSII juga menjadi menteri Kesehatan di Kabinet Ali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun