Di langit berdiri sebuah rumah, tempat beristirahat benih-benih air. Ketika salah satu pintu dibuka maka benih-benih itu akan jatuh dan berubah menjadi butiran hujan.
Seperti kemarin, di waktu senja tak bermentari, saat burung-burung melarung syairnya di lembar-lembar angin yang berhembus di keramaian taman, hujan luruh. Meniadakan nyanyian.
...
Di bumi terhambar rerimbun pohon dan berbagai makluk hidup lainnya. Tempat berkumpul berbagai pemilik kisah. Dan ketika mereka berkumpul di pagi, siang, senja, dan malam, semua menjadi keindahan.Â
Dan pagi seperti biasa datang menemui penghuni-penghuninya. Sinarnya menembus kehebatan hujan sisa semalam yang menyimpan kenangannya di lembar-lembar daun hijau . Mereka gembira, tak ada sakit yang melukai. Seperti dua kejadian yang mempertemukan satu janji dari dua ucapan untuk membicarakan jalan-jalan yang berisi canda tawa yang sudah menumpuk.
...
"Aku suka kamu" ucap si Lelaki, saat derap langkah mereka berhenti di depan hamparan rumput hijau. "Dan itu membuat cintaku jatuh pada sebuah warna bernama dirimu."Â
"Kenapa Aku?" Jawab si Wanita di sampingnya.
"Adakah alasan kenapa matahari tetap memberi cahayanya bagi semua walau tak ada yang berani mendekatinya?" Kata si Lelaki "dan adakah alasan yang diberi bintang ke rembulan saat mereka beriringan"?
"Tapi aku sudah memilih dermaga lain untuk menyandarkan haluan hati."
"Baiklah, tapi setidaknya aku tak diam tentang gejolak ini."
"Terima kasih mau jujur dan mengerti" jawab sang Wanita "dengan terbukanya dirimu meyakinkan aku  tentang pilihan dermaga yang ku tuju itu benar"
Terpaku. Tak ada tatapan seperti kemarin. Keheningan taman menelan mereka kedalam hadiratnya
"Ayo" jemari tangan sang Wanita meraih jemari Lelaki, sambil bibirnya berucap "pilihan dermagaku adalah dirimu."
...
Dan langit di atas merestui mereka dengan menjatuhkan benih-benih airnya ke atas mereka. Bumi pun sama, merestu mereka menahkodai bahtera yang tertambat di dermaga untuk memulai kisah baru.
...
adalah cinta
ia tak memilih lidah
untuk melukai
tapi punya tali untuk mengikat
bila perahunyaÂ
tlah menepi di dermaga
maka cinta
turun menjemput
satuÂ
dan satu
akan menjadi satu
yang murni
karna cinta
tak memilih dua
dan perahu
tak butuh dua kemudi
#fiksifoto
Malam, 25-08-16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H