Mohon tunggu...
Christian Timor
Christian Timor Mohon Tunggu... -

Aku baik-baik saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[FITO] Sepasang Jatuh Cinta

25 Agustus 2016   23:57 Diperbarui: 26 Agustus 2016   00:45 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di langit berdiri sebuah rumah, tempat beristirahat benih-benih air. Ketika salah satu pintu dibuka maka benih-benih itu akan jatuh dan berubah menjadi butiran hujan.

Seperti kemarin, di waktu senja tak bermentari, saat burung-burung melarung syairnya di lembar-lembar angin yang berhembus di keramaian taman, hujan luruh. Meniadakan nyanyian.

...

Di bumi terhambar rerimbun pohon dan berbagai makluk hidup lainnya. Tempat berkumpul berbagai pemilik kisah. Dan ketika mereka berkumpul di pagi, siang, senja, dan malam, semua menjadi keindahan. 

Dan pagi seperti biasa datang menemui penghuni-penghuninya. Sinarnya menembus kehebatan hujan sisa semalam yang menyimpan kenangannya di lembar-lembar daun hijau . Mereka gembira, tak ada sakit yang melukai. Seperti dua kejadian yang mempertemukan satu janji dari dua ucapan untuk membicarakan jalan-jalan yang berisi canda tawa yang sudah menumpuk.

...

"Aku suka kamu" ucap si Lelaki, saat derap langkah mereka berhenti di depan hamparan rumput hijau. "Dan itu membuat cintaku jatuh pada sebuah warna bernama dirimu." 

"Kenapa Aku?" Jawab si Wanita di sampingnya.

"Adakah alasan kenapa matahari tetap memberi cahayanya bagi semua walau tak ada yang berani mendekatinya?" Kata si Lelaki "dan adakah alasan yang diberi bintang ke rembulan saat mereka beriringan"?

"Tapi aku sudah memilih dermaga lain untuk menyandarkan haluan hati."

"Baiklah, tapi setidaknya aku tak diam tentang gejolak ini."

"Terima kasih mau jujur dan mengerti" jawab sang Wanita "dengan terbukanya dirimu meyakinkan aku  tentang pilihan dermaga yang ku tuju itu benar"

Terpaku. Tak ada tatapan seperti kemarin. Keheningan taman menelan mereka kedalam hadiratnya

"Ayo" jemari tangan sang Wanita meraih jemari Lelaki, sambil bibirnya berucap "pilihan dermagaku adalah dirimu."

...

Dan langit di atas merestui mereka dengan menjatuhkan benih-benih airnya ke atas mereka. Bumi pun sama, merestu mereka menahkodai bahtera yang tertambat di dermaga untuk memulai kisah baru.

...

adalah cinta

ia tak memilih lidah

untuk melukai

tapi punya tali untuk mengikat

bila perahunya 

tlah menepi di dermaga

maka cinta

turun menjemput

satu 

dan satu

akan menjadi satu

yang murni

karna cinta

tak memilih dua

dan perahu

tak butuh dua kemudi

#fiksifoto

Malam, 25-08-16

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun