Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ke-4 surat kabar ini menggunakan bahasa yang memiliki sensasi pada headline dan isi berita untuk menarik pengguna dalam membaca.
Beliau melihat fenomena clickbait ini bisa terjadi karena adanya ketertarikan dari pengguna, terkhusus generasi milenial.
Generasi milenial dinilai suka terhadap sesuatu yang berbeda dan mengundang dirinya untuk harus mengklik suatu link.
Kemudian melalui pertanyaan pewawancara, pewawancara menanyakan apakah judul clickbait itu dibuat untuk memadatkan isi berita?
Mbak Lewi menjawab, bahwa clickbait dibuat bukan untuk memadatkan isi berita melainkan sebagai salah satu strategi yang dibuat oleh media untuk memancing keingintahuan pembaca agar pembaca mau untuk klik suatu link.
Mbak Lewi juga menjelaskan bagaimana pro dan kontra yang dilakukan oleh pelaku pembuat headline atau judul berita.
Mbak Lewi melakukan survey terhadap rekan-rekannya yang juga termasuk dari pelaku pembuat headline atau judul berita, mbak Lewi mengatakan bahwa jika tidak dibuat judul clickbait, maka pembaca dari generasi milenial tidak akan suka.
Generasi milenial ini ditujukan untuk mereka yang kelahiran tahun 1981-1996. Generasi milenial dinilai suka terhadap headline dan isi berita yang ringan dan tidak sulit dipahami,
maka jika pelaku pembuat headline atau judul berita ini tidak membuat judul clickbait, maka tidak ada pemasukkan.
Kemudian melalui survey tersebut, mbak Lewi mengatakan bahwa hal seperti dinilai sah dan tidak masalah, karena itu merupakan bagian dari strategi media untuk mencari keuntungan yang juga sudah diatur dalam undang-undang pers.
Namun jika dilihat melalui sisi kontra akan terlihat dari sisi konsumen yang tidak bisa mendapatkan fakta yang akurat.