Seorang leader yang baik harus tahu bagaimana melihat jauh ke depan dan mengantisipasi apa yang mungkin terjadi di masa depan, sehingga bisa membuat keputusan yang tepat hari ini untuk memimpin menju outcome yang diharapkan dimasa depan.
"The diffrence between a good leader & great leader is one who learns to anticipate rather than react."
Beda seorang leader yang baik dengan leader yang hebat adalah leader yang hebat belajar bagaimana mengantisipasi daripada hanya bereaksi spontan.
Wayne Gretzky, seorang pemain hockey hebat dari Kanada pernah diwawancara.
Ia ditanya, "Gimana kamu  bisa begitu hebat?"
Ia menjawab, "Kebanyakan pemain bermain dimana puck (bola hockey) berada. Saya bermain dimana puck-nya akan berada"
Orang hebat selalu berpikir jauh kedepan, ia mengantisipasi dan menciptakan peluang dari sana.
Kabar buruk dalam bisnis (dan saya percaya dalam bidang apapun) : Apapun yang kita lakukan saat ini, tidak akan bertahan selamanya. Kalau ngga percaya tanya Kodak, tanya toko Kaset, tanya pembatas buku dan tanya perusahaan Taxi.
Dengan kata lain, jika kita tidak berubah, kita akan jauh tertinggal.
Apa yang harus dilakukan Leader?
Yang harus selalu anda ingat adalah : Apapun yang anda Ketahui sekarang, bisa jadi di masa depan salah.
Dulu waktu SD saya ditertawakan teman teman sekelas, semua teman teman saya mengatakan saya Goblog, karena di ujian IPA hanya saya satu satunya murid yang saat itu menjawab jumlah planet ada 11. Dulu kita tahu planet ada 9, tapi sekarang kita belajar planet ada 11. Jadi dulu saya tidak goblog, saya revolusioner... hehehehe...
Kembali ke topik, Ketika anda merasa sudah paling ekspert, paling tahu, paling pengalaman, maka anda tidak akan mau tahu lagi yang terjadi diluar sana, anda tidak akan lagi mau belajar.
Mungkin anda belajar, tapi jika yang anda pelajari tidak sesuai dengan pemikiran anda, anda akan menolak. Hati hati, jangan menjadi seseorang yang un-learnable (Sudah tidak bisa menerima hal baru).
Orang yang terlalu percaya diri dengan ke-expert-an dia maka
1. Susah menerima Feed Back. Â Kenapa saya harus mendengarkan kamu? Saya yakin saya benar!!!
2. Lebih sering menjawab daripada bertanya. Jika saya expert maka saya yang harus menjawab dong. Masak saya tanya... Ketika kita berhenti bertanya kita akan berhenti mencari tahu.
3. Ketika kita berhenti bertanya, maka Berhenti meningkatkan skill dan knowledge. Ketika kita berhenti bertanya, maka akan sesat di jalan.
4. Terlalu banyak berasumsi dan berhenti Inovasi
Makanya pernah dengar, dalam belajar jadilah gelas kosong. Ketika kita yakin sudah tahu segalanya, kita berhenti belajar. Ketika kita berhenti belajar, kita akan berhenti bertumbuh. Ketika berhenti bertumbuh, maka cepat atau lambat akan menuju kematian.
Bagaimana kita belajar menjadi Leder yang antisipatif.
1. Develop
2. Discern (Paham)
3. Disrupt
Mari kita bahas satu persatu
1. Develop situational Awaress
Artinya kita bisa secara jujur dan akurat dalam menilai dan memahami posisi organisasi kita. Sebelum kita paham organisasi kita secara akurat, kita juga harus paham gaya kepemimpinan kita sendiri secara akurat.Â
Self awareness itu tidak mudah. Organizational Awareness juga tidak mudah. Saya sangat menyarankan anda untuk mencari tahu di Google dan membaca : The Dunning-Kruger Effect.
Intinya penelitiannya mengatakan bahwa sulit untuk mengetahui diri sendiri tidak kompeten di bidang apa.
Contoh :
Anda pasti pernah ketemu orang yang ngomong " Saya ini ya begini." Dan seringkali ketika diingatkan menjawab dengan suara lantang mengatakan, "Mau gimana lagi, saya memang orangnya begini."
Padahal bisa jadi orang lain merasa : kamu itu orangnya terlalu blak-blakan, ngga peka dan kasar.
Atau seorang wanita ngomong, "aku ini orangnya santai, ngikut arus saja."
Padahal orang lain merasa: "kamu hanya malas."
Mungkin anda sekarang merasa "Saya strong leader. Good leader!!"
Padahal bisa jadi sebetulnya anda : Leader tiran, control Freak, dan memaksakan kehendak. kamu membuat semua orang stress.
Dunning-Kruger mengatakan bahwa orang yang me-rangking dirinya paling ahli, sebenarnya adalah yang paling bawah skillnya.
Anda mengenalnya sebagai orang yang mengatakan : oh...saya paling ahli. Kemampuan saya 9,9 dari 10. Tapi sebenarnya ia 9,9 dari 100. Karena orang tidak tahu apa yang dia tidak tahu.
Anda paham maksud saya?
Orang yang merasa paling capable dibanding orang lain, seringkali karena ia tidak tahu apa yang ia tidak tahu. Jika tahunya cuma yang ada dalam lingkaran saja, maka ia tidak tahu yang di luar lingkaran ada lingkaran yang lebih besar. Maka jika anda cari orang yang potensial, ciri ciri orang potensi tinggi adalah yang percaya diri namun sekaligus rendah hati (tidak missplaced of confidence).
Kita harus rendah hati sehingga kita bisa menilai organisasi kita atau kualitas kepemimpinan kita  secara akurat.
Seorang Leader dapat belajar dari kegagalan jika ia tidak sedang sibuk mencari pembenaran.
Sebagai leader lihat produk anda, toko anda satu persatu, lihat lagi budaya perusahaan, team anda apakah lingkungan kerja sehat. Butuh kerja keras untuk mendapatkan informasi yang benar benar jujur dari team anda, dengan feedback yang jujur dan real.
Lihat lagi mindset leadership anda, leadership pipeline, health of leadership dan list yang masih banyak lagi.
Dan tanya pada diri anda, jika ada yang tidak berjalan dengan baik, kenapa?
Hadapi jawabannya dengan berani, apaah karena kepmimpinan yang salah, apakah waktunya salah, apakah sistemnya salah, apakah produknya sudah out of date tapi anda tidak sadar...
Dan jika semua berjalan dengan baik, tanyakan juga kenapa semua dapat berjalan dengan baik?
Jika anda tidak tahu alasan sesutu berjalan dengan baik, anda tidak akan tahu cara memperbaikinya ketika sudah tidak berjalan dengan benar.
Ketika anda mendiagnosa sesuatu, anda menanyakan 21 pertanyaan.
Darimana angka 21?
Dari dokter saya.
Saya pernah sakit kepala sebelah kiri. Rasanya berputar-putar dan jika saya bangun langsung mual. Â Kemudian saya ke rumah sakit.
Dokternya tanya, kapan saya mulai mengalami?
Kebetulan sehari sebelumnya saya main trampolin dai Malang dan sempat salto-salto. Besoknya kepala saya rasanya berputar-putar dan kalau bangun dari tidur mual.
Kemudian dokternya tanya, tanya, tanya....
Dan  ia tanya, tanya, tanya, tanya lagi ...tanya terus sampai rasanya ngga selesai-selesai.
Kemudian setelah rasanya jutaan pertanyaan ia mendiagnosa saya bapak sakit migren, dan masalah anda ini. Ia kemudian menuliskan resep.
Saya tanya dokternya, udah gitu aja dok. Kapan dokter yakin bahwa dokter sudah mendiagnosa saya dengan akurat?
Dari pertama bapak cerita main trampolin di Malang. Tapi saya melatih diri saya untuk tidak mengambil keputusan dari asumsi saya, dan saya selalu memaksa diri saya untuk menanyakan 21 pertanyaan.
Dan saya tanya lagi, kenapa harus 21? Ia menatap saya dengan serius dan berkata, Karena 21 lebih banyak 1 daripada 20.
Jadi ketika anda mendiagnosa sesuatu tanyakan 21 pertanyaan.
Anda tdak bertanya untuk mengkonfirmasi asumsi anda. Anda bertanya hingga kelapisan terdalam untuk mendapatkan alasan kenapa sesuatu tidak berjalan dengan baik.
Sebagai Leader dengan gagah berani dan penuh kejujuran, diagnosa situasi organisasi anda saat ini yang sebenarnya dan kepemimpinan anda.
Belajar dari Kodak, Simon, CEO Kodak  mengatakan bahwa Kodak tidak gagal dalam beradaptasi di Era Digital. Buktinya Kodak menciptakan kamera digital pertama. Tapi kenapa Kodak gagal? Mereka gagal karena mereka tidak memahami kenapa mereka sukses. Mereka salah berpikir bahwa mereka ada dalam bisnis film atau foto, padahal mereka sebenarnya berada dalam bisnis memori (kenangan).
Orang yang paham HOW akan selalu mendapatkan pekerjaan. Orang yang paham WHY akan selalu menjadi bosnya. -- Ralph Waldo Emerson.
2. Discern Future Threats anda Opportunity
Kita harus paham musuh kita dan kesempatan kita dimasa depan.
Musuh bagi sebuah organisasi bisa jadi kesempatan bagi organisasi yang lainnya. Betul?
Mulai pelajari bagaimana antisipasi di area di luar bidang dan keahlian anda. Yang anda lakukan adalah mengembangkan otor di otak anda yang memproyeksikan ke depan. Anda bisa jadi salah total, tapi anda ingin latihan untuk berpikir di luar area anda dan alasan area diluar bidang anda, agar otot anda berkembang. Dan kadang pengetahun tentang area diluar bidang anda akan memberi anda insight yang berbeda di area keahlian anda.
Anticipate.
 Vaksin Covid-19 sudah keluar. Apa yang akan terjadi? Bagaiamana dampaknya? Bagaimana antisipasinya?
Ketika pandemi usai, bagaimaan hidup kita? Bagaimana bisnis berjalan? Orang mungkin sudah tidak lagi perlu  face to face. Jika anda punya cabang diseluruh Indonesia, mungkin anda harus mempertimbangkan lagi pembagian area atau wilayah diorganisasi anda? Mungkin anda sudah tidak perlu kantor cabang yang besar, karena semua sudah bisa dilakukan via online dari pusat?
Anda harus mengantisipasi. Bagaimana pendekatan anda.
Bagaimana memahami musuh dan kesempatan di masa depan.
Anda harus berpikir.
Bertindak dengan Skeptis yang sehat dan Memimpin dengan Optimisme yang besar.
Sikap skeptis artinya kita harus paham bahwa apa yang kita lakukan sekarang tidak akan bertahan selamanya.
Contoh paling saya suka adalah LEGO.
Harvard Bussiness Review menerbitkan artikel yang  mengatakan bagaimana Lego overconfidence dan hampir mengancurkan perusahaan. Dalam 66 tahun, Lego tidak pernah mengalami penurunan. Selama 66 tahun mereka selalu bertumbuh secara profit dan perusahaan secara konsisten. Tba-tiba semuanya berubah. Tahun 1998, profit anjlog dari 186 juta dolar menjadi 48 juta dalam 1 tahun.
Apa yang terjadi?
Lego underestimate bagaimana dunia digital merevolusi dan mengubah bagaimana anak-anak bermain. Dari bermain secara kreatif, mereka bermain secara digital, sepanjang hari.
66 tahun kejayaan anjlog dalam sekejab.
Apa yang kita butuhkan?
Kita butuh sikap skeptis.
Apa yang mungkin salah?
Kita mungkin diluar sistem, kita mungkin melebihi kapasitas, kompetitor mungkin akan keluarkan produk yang lebih baik, mungkin terjadi bencana alam, harga property mungkin akan meroket.
Segala sesuatu mungkin berubah dengan cepat. Dan kita harus bertindak dengan skeptis yang sehat dan disaat yang sama memimpin dengan optimisme yang besar.
Artinya kita negatif thingking untuk waspada, dan mengantisipasi, mencari cara agar tidak ada resiko atau minimal memperkecil. Namun kita tetap penuh dengan keyakinan dan optimisme bahwa kita akan sukses besar.
Setiap saat setiap leader pasti akan ketemu yang namanya masalah dan tantangan. Namun ingat bahwa tantangan baru sama dengan kesempatan baru. Lego membuktikannya dengan massive breakthrough. Disaat Lego sedang strugling, George Lucas mempersiapkan 3 perquels Starwars Frabchise. Lucasfilms mengajukan kerjasama dengan Lego untuk merilis film 'Star Wars Lego'.
Senior Vice President Lego, menurut artikel yang saya baca, tidak suka film dan mengatakan, "Kalau mau kerjasama ini terjadi, langkahi dulu mayat saya."
Untungnya cucu dari  founder Lego melihat kesempatan besar dan deal tanda tangan kerjasama. Apa yang trejadi? Selain Lego sukses merilis film Star Wars Lego, Lego juga terjun dalam dunia film dan membuat film sendiri. Dan apa yang terjadi sekarang? Setiap hari di kantor Lego mereka nyanyi
"Evrything is Awesome..."
Kalau anda tidak paham, tidak tahu lagunya ngga papa. Mungkin anda tidak punya anak, atau cucu. Tapi sumpah, itu lucu banget.
Saat anda melihat masalah, latih diri anda untuk melihat peluang.
Sebagian dari anda mungkin melihat Covid-19 sebagai masalah dan panik. Saya mengerti, situasi ini tidak mudah. Kebanyakan Ide besar dan cemerlang lahir dalam dituasi yang tidak mudah.
Tapi banyak hal yang kita tidak bisa lakukan saat ini pak?
Apa sih limitation itu?
Limitation adalah ibunya inovasi. Inovasi itu lahir dari limitation.
Problem = opportunity
"Innovation is seeing what everybody else sees and thinking what nobody else thought "
Dr. Albert Szent-Gyorgyi, Peraih hadiah Nobel .
3. Disrupt
Break some rules.
Pikirkan Gojek, perusahaan transportasi dengan valuasi terbesar di Indonesia, tidak memiliki satupun kendaraan transportasi.
Pikirkan apa persamaan Steve Jobs, Â Elon Musk, Jeff Bezoz?
Selain mereka sama sama kaya raya. Mereka melihat kemungkinan sebelum orang lain melihatnya.
Apakah ada hal membuat anda merasa resah?
Mungkin kita bisa mendapatkan fasilitas kesehatan yang lebih baik? Mungkin orang-orang yang tidak bisa bekerja karena pandemi? Mungkin transportasi umum yang bebas virus?
Jadi apakah yang anda lihat, anda merasa sakit, anda concerh akan hal itu, dream, vission, keresahan, disrupt apapun itu.
Seperti gojek yang melihat bahwa mamang ojeg pangkalan susah dapat penumpang, padahal di luar sana banyak penumpang susah dapat ojeg. Booommm!!!
Semua Orang melihat hal yang sama, tapi Gojek memikirkan yang orang lain tidak pernah pikirkan.
Bagaimana kita bisa mengantisipasi. Â Ada 3 pertanyaa yang akan membantu anda mengantisipasi.
1. Bagaimanakah posisi organisasi anda yang sebenarnya.
  Bagaimana dengan kepemimpinan anda?
2. Mengapa anda sukses? Mengapa anda Flat? Mengapa anda Strugling?
  Dari semua yang sudah anda lakukan, Apa yang anda tidak akan lakukan?
  Kenapa anda masih lakukan?
3. Jika anda mulai dari 0, apa yang ingin anda coba?Â
  Kapan anda mulai coba?
Anda adalah seorang Leader. Anda punya pengaruh. Jangan pernah komplain dan mengeluh tentang situasi yang sedang terjadi saat ini. Ciptakan apa yang mestinya terjadi.
"Tapi pak, saya ngga yakin. Saya ngga yakin saya siap..."
Dengarkan saya! Jika anda menunggu sampai anda 100% yakin sebelum mencoba hal yang baru, anda akan selalu terlambat!
Good leaders React, Great Leader Anticipate.
Baca, dengar dan rasakan.
Develop, Discern & Disrupt.
Jangan pernah khawatir apa yang akan terjadi dimasa depan.
Kapan kita mulai?
Kita mulai kemarin dan kita selesai hari ini.
Dunia butuh kta untuk menjadi lebih kuat dari sebelumnya, menjadi leader yang konsisten, berani, penuh integritas. Inilah panggilan anda. Ini adalah waktu anda sebagai Leader. Sebagai Leader, kita akan strive for Excellent.
Christian Adrianto Motivator & Trainer Leadership
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI