Mohon tunggu...
Christian Hermawan
Christian Hermawan Mohon Tunggu... -

Lulusan psikologi UI, Marketing researcher, christianhermawan.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Tapi Aku Tetap Sayang Dia (Kisah Seorang dengan Sindrom Stockholm)

26 Desember 2011   09:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:44 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

I: Sindrom Stockholm? Apa itu Mba?

P: Sindrom Stockholm itu kondisi psikologis dimana korban merasa simpati pada pelaku kekerasan (abuser) atau pelaku yang memegang kendali utama (controller) dalam sebuah hubungan, bahkan mencintai, mendukung, dan membela pelaku. Sindrom ini mungkin ditemukan di keluarga, hubungan interpersonal, dan hubungan romantis. Dalam hubungan itu, ada pola dimana seseorang melakukan kekerasan atau mengendalikan orang lain (korban). Walaupun mendapat perlakuan kekerasan, orang yang jadi korban tersebut bukan membenci pelaku kekerasan itu, tapi malahan cenderung membela dan mempertahankan hubungan tersebut.

I: Wah, ada ya mba yang seperti itu? Mengapa seseorang bisa mengalami itu mba?

P: Ada beberapa keadaan sih yang mungkin membuat Claudia mengalami sindrom Stockholm. Yang pertama, Andi mengancam bahwa akan memperlakukan Claudia lebih buruk bila dia melawan dan mencoba memutuskan hubungan. Selanjutnya, cukup jelas dikatakan oleh Claudia, kalau dia merasa Andi "tidak sejahat itu". Jadi Claudia melihat bahwa masih ada sisi baik dari Andi. Ketiga, Claudia juga mungkin mulai memakai persepsi Andi untuk memandang sesuatu. Terlihat dari dia percaya kalau tindakan Andi untuk membuat Claudia lebih baik. Terakhir , cukup jelas Claudia merasa tidak mampu untuk lepas dari Andi. Dia merasa tidak punya masa depan kalau dia tidak bersama Andi. Hal-hal ini yang mungkin memunculkan sindrom Stockholm pada Claudia.

I: Pola hubungan seperti ini pastinya ga sehat kan, mba? Apa yang harus saya lakukan untuk bisa membantu dia?

P: Sebenarnya akan sangat lebih baik kalau dia bisa diajak ketemu psikolog langsung, karena masih banyak hal yang harus ditanya-tanya supaya lebih jelas. Tapi kalau kamu tanya gimana kamu harus bersikap dengan dia, saya punya beberapa saran. Pada intinya adalah jangan memberikan pressure pada Claudia agar dia melepaskan hubungannya dengan Andi. Hal itu dapat membuat dia justru makin jauh dari kita. Yang harusnya kita lakukan hanya menjaga kontak dengan dia.

I: Tapi, aku tampaknya ga disukai Andi, dan itu bikin aku sulit hubungan dengan Claudia.

P: Kalau kamu termasuk orang yang tidak disukai Andi, coba cari tahu orang lain yang masih mungkin berhubungan dengan Claudia, jadikan orang itu messenger antara kamu dan Claudia. Kamu teman Claudia dari SD kan? Mungkin itu bisa jadi strategi kamu juga untuk bertemu Claudia. Jadi coba buat acara rutin yang mungkin mempertemukan kamu dengan Claudia secara rutin, entah arisan atau reuni, atau yang lainnya. Intinya supaya kamu bisa bertemu dengan Claudia. Tapi ingat sekali lagi, setiap bertemu dengannya tidak perlu bertanya tentang hubungannya dengan Andi, cukup tunjukkan kalau kamu tetap menyayangi dan ada untuk dia.

I: Apa ada hal lain mba?

P: Sebenarnya, saat ini dia sudah mulai mau membuka diri kepadamu. Hal ini baik, tapi jangan terburu-buru ingin mengorek semuanya. Cukup katakan "Aku ada disetiap keputusan yang perlu kamu buat, kapanpun kamu membuatnya." Dengan begitu, dia yang akan mencari tahu, apa yang kamu bisa bantu. Terakhir, kamu harus tetap sabar. Orang yang mengalami sindrom ini tidak dapat langsung keluar dari hubungannya walaupun mungkin dia sudah punya exit plan. Ada yang perlu waktu sebulan, setahun, atau bahkan beberapa tahun. Kita sebagai temannya, harus sabar menanti sampai dia siap untuk keluar.

I: Begitu ya mba? Jadi saya tidak perlu kasih nasehat apa-apa dulu. Cukup bilang, saya selalu ada untuk dukung dia sambil tetap cari cara komunikasi dengan dia. Terima kasih ya, mba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun