“ Ahhh,..Bang Farid.., tak salah lagi...!”
“ Bukan....”
“ Sudahlah..! Jangan mungkir! Bang Farid,...nikahin aku! Lihat! Perutku sudah buncit...!..”
Aku setapak demi setapak..jajar ke belakang,..coba menyingkir. Perempuan tak waras..., batinku.
“ Mau lari kemana kamu, Bang? Tanggung jawab, doong! Dasar laki-laki bajingan,..semua mau enaknya sendiri..! Hiiiihhhh...!!”
Tak kusangka,..wanita ini menjadi histeris, berteriak makin kencang, lalu berusaha mencakarku. Ahhh! Aku harus menyingkir,..dia sudah gila rupanya.., perempuan gila. Tapi.., uffs, dia hamil tua..!
Aku hampir hilang akal saat entah dari mana dia bergerak begitu cepatnya, telah berhasil cengkeram lenganku. Uhh.., ....harus bagaimana ini, haruskah aku bersikap kasar? Untung saja, tiba-tiba datang seseorang laki-laki. Tampak kumal dan lusuh pula, tapi aku yakin dia waras,..saat dengan tenangnya dia meraih tangan wanita aneh, yang tampak telah dikenalnya ini.
“ Asti!...Ayo kita pulang, ini sudah malam, jangan mengganggu orang lewat..!”
“Ihhhh..!!!, kamu lagi!..kamu lagi! Bang Parta! Sudah kubilang, aku nggak mau nikah sama kamu!..Dia bukan anakmu..!”
Laki-laki yang dipanggil Parta ini tampak begitu tenangnya,..ada senyum tipis meski terlihat berat, tangannya begitu kokoh menggamit lengan wanita yang kudengar tadi bernama Asti. Kokoh,..tegas,..namun tulus tanpa kehendak menyakiti. Dengan nada sesal,..Parta menjurakan diri padaku,..suaranya sedikit terpatah-patah, tampak berusaha pula mengatur nafas, mungkin karena saat menuju ke tempat ini, dia tempuh dengan berlari.
“ Ma..maafkan dia tuan. Saya yang salah,..tadi ketiduran sampai tak tahu kalau dia keluar rumah..”