Setelah menjadi giat bekerja siang hari. Karena Carolina mungkin. Malam selanjutnya sulit tidur kembali menimpa. Apalagi ditambah sosok sempurna seperti Carolina. Malam ini segala lompatan lamunanku hanya tertuju pada sosoknya. Dan tengah malam seperti ini yang kuharap tampak dari ujung jalan adalah sorot lampu mobilnya.
Sedetik.Dua detik. Bermenit-menit ku tunggu. Dan debaran dadaku tak menentu. Sorot mobil itu akhirnya tampak pula. Pelan dan perlahan. Ah, aku semakin penasaran sosok ini. Plat mobilnya dari depan kulihat telah berganti lagi. Bukan plat Jakarta lagi ku kira. Tapi tetap mampu ku eja. K 4 SIH. Hm, sesibuk itu. Masih sempatkah Carolina?
Semakin mendekat. Namun sejenak aku agak pupus harap. Dia tidak berhenti seperti malam kemarin. Hanya sedikit lebih pelan. Meski tetap ramah padaku. Kaca jendelanya diturunkan. Parfum itu menyibak segar di nafasku. Senyumnya tetaplah terurai. Kali ini deretan gigi putih dan rapinya ikut pula tersibak. Aduhai mempesonanya. Dan ada sesuatu yang dia lemparkan untuk-ku. Mawar merah segar itu lagi. Oh. Indah.
Lalu ia melambaikan tangannya. Ku balas jantan. Namun tak ku lepas pandang. Sedikit mengernyit aku pandang mobilnya yang berlalu. Plat belakang kendaraan itu telah berganti juga rupanya. Namun sekali lagi sungguh mudah kucerna. B 4 PA. Hm. Aku semakin terpesona. Dia cantik, berkharisma dan sepertinya religius. Meski dalam rasa Ge Er-ku aku merasa ia seperti "menggoda".
Seperti yang lalu. Aku beranjak setelah ia hilang berbelok di tikungan. Tidurku malam ini nyenyak sekali. Hangat dalam dekapan wangi mawar. Mawar Carolina.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi ini aku sangat terlambat bangun. Memang hari Sabtu adalah libur untukku. Namun bukan karena itu aku malas beranjak dari ranjang sepiku. Larut terlelap dan mimpi indah dalam pelukan mawar lah yang pasti menjadi penyebabnya. Bias pagi dari sela jendela pun tak kuasa mengusikku. Aku lebih asyik dalam pelukan nikmat kemalasan. Hingga suara ketokan di pintu pagarlah yang membuatku tersadar. Ah, sudah agak siang rupanya. Siapa yang bertamu padaku menjelang siang ini. Carolina kah? sepertinya tak mungkin. Dia terlalu anggun dan tak akan memulai angan liarku itu. Aku beranjak. Bergegas menuju pintu.
"Selamat pagi Pak Suryo. Terlambat bangun rupanya..ha..ha", ternyata Pak Heribertus dengan logat akrabnya yang datang berkunjung.
" Iya, nih Pak. Semalam telat tidurnya. Silahkan Masuk", sambutku sambil membuka pintu pagar.
"Terima kasih. Cuma mengganggu sebentar kok".
"Ah. Lama juga nggak apa. Saya libur kok", Aku berbasa basi. Sebenarnya sih aku masih ingin tidur lagi.