Mohon tunggu...
Christopher lesmana
Christopher lesmana Mohon Tunggu... Atlet - Blogger

Christopherlesmana97@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Invasi Rusia ke Ukraina, Puncak dari Paranoia Putin?

15 Maret 2022   16:42 Diperbarui: 17 Maret 2022   18:45 1175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Presiden Rusia Vladimir Putin saat mendengarkan pembicaraan entrepreneur yang juga Kepala Persatuan Industrialis Rusia, Alexander Shokhin, dalam pertemuan di Moskwa, Rusia, Rabu (2/3/2022). (SPUTNIK KREMLIN/MIKHAIL KLIMENTYEV via AP via kompas.com)

Terlebih, dampak perang sipil Suriah ternyata membawa hubungan yang panas antara Rusia dengan NATO dan sekutunya terutama Turki dan Amerika Serikat.

Sehingga menjadi sebuah ancaman bagi Putin apabila NATO dan sekutunya tersebut melancarkan serangan ke Rusia melalui pangkalan militer yang mereka bangun di Ukraina jika perang sipil Suriah semakin berpihak kearah Rusia.

Paranoia Putin mungkin dapat berdasarkan pada apa yang dialami oleh jutaan seluruh masyarakat Amerika Serikat ketika terjadi krisis rudal Kuba pada tahun 1962.

Ketika negara Kuba yang dipimpin oleh revolusioner komunis, Fidel Castro dan Che Guevara bekerja sama dengan Uni Soviet untuk membangun pangkalan rudal, jarak dari Kuba ke pantai Miami di Amerika Serikat hanya berjarah 531 km. Ini pula yang ditakutkan Putin apabila Ukraina bergabung dengan NATO. 

Akhirnya, Vladimir Putin memutuskan untuk menginvasi Ukraina dengan memberikan peringatan kepada pemerintahan Volodimir Zelenskiy sembari menyebarkan propaganda untuk membebaskan etnis Rusia di Ukraina dari diskriminasi. 

Selain itu, Putin juga menyebarkan propaganda bahwa Ukraina berideologi dengan paham Nazi dan juga sedang membangun senjata biologis disana.

Sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apakah jika Ukraina bergabung dengan NATO, negara-negara barat seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, dan Prancis akan berani menyerang Rusia?

Mengingat komunis sudah runtuh, sepertinya akan sulit untuk mencari alasan bagi negara-negara barat untuk menyerang Rusia mengingat pemimpin dari negara-negara tersebut seperti Boris Johnson, Macron, dan Joe Biden memiliki “hati lembut” untuk menciptakan perang dan konflik. 

Justru sebaliknya, banyak pihak yang menuding bahwa Vladimir Putin terkena “Stalin Syndrome” yaitu sebuah paranoia dan kecurigaan berlebih yang dialami oleh Josef Stalin sehingga mengakibatkan Stalin melakukan tindakan kejam dengan menghilangkan banyak nyawa yang dianggap sainganya termasuk orang kepercayaanya sendiri. Benarkan demikian?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun