Aku meremas surat itu, amarah dan takut saling bertabrakan dalam pikiranku. Tidak ada yang pernah memaksa pekerjaanku sebelumnya. Aku adalah standar tertinggi. Namun baru kali ini seorang raja berani menantangku. Padahal presiden, kaisar, dan sultan saja tidak pernah memprotes penilaianku.
Esok pagi, Pangeran Marshall tiba bersama kedua kesatrianya. Aku menyuruh pangeran yang dalam keadaan tanpa pakaian untuk masuk ke dalam kapsul kaca vertikal, kemudian memasang selang napas di wajahnya. Usai terbius dari gas yang dialirkan di selang napas, aku mengunci kapsul itu dan kapsulnya perlahan terisi cairan berwarna hijau muda.
Saat aku membuka komputerku yang terhubung ke program CRISPR, aku tak kuasa mengacak rambutku dengan sangat frustrasi. Semua gen yang ada di tubuhnya hampir semuanya rusak, bagiku ini adalah bencana. Bisa-bisanya ada manusia yang bahkan tidak mirip manusia ini hidup di muka bumi. Namun aku berusaha memutar otakku, meyakinkan diriku, "Han, kamu pasti bisa menyuntingnya," dengan perasaan optimis.
Berhari-hari hingga berminggu-minggu aku menyunting Pangeran Marshall. Perlahan aku berhasil memecahkan teka-teki dalam kode genetiknya. Aku mulai mengurangi gen-gen buruk di tubuhnya, dimulai dari bibir sumbing, mata juling, polidaktili, dan brakidaktili. Tinggal sisanya yang lebih sulit dikerjakan, tetapi aku yakin aku bisa melakukannya.
"Profesor!" panggil asistenku. "Gawat, pintu masuk utama kita dikepung sama manusia non-editing!"
Aku terbelalak. Kacau, padahal aku yakin dalam sebulan lagi, Pangeran Marshall akan lahir kembali menjadi sosok pria paling sempurna di jagat raya. Namun mengapa bisa-bisanya para sok suci itu mengetahui tempat kami?
Jangan-jangan..., batinku tercekat.
"Kunci ruangan ini! Pokoknya siapa pun enggak boleh masuk!" perintahku pada asisten yang bersamaku. Dengan pengamanan ketat yang super, akhirnya aku berhasil sedikit tenang. Kali ini hanya ada aku sendiri di dalam ruangan, berusaha fokus untuk memecahkan misteri-misteri ini.
Namun aku merasa ada yang aneh. Kode-kode basa genetik yang biasanya hanya untuk menentukan protein tertentu seakan-akan menyiratkan suatu pesan.
Jangan pernah melawan Sang Pencipta. Begitulah isinya.
Aku menggelengkan kepala. Tidak, ini tidak mungkin. Selama ini aku berhasil menyunting banyak orang dan persentase kegagalanku saat ini nol persen. Tidak mungkin aku gagal terhadap subjek ini.