Teman-teman sekelasnya sibuk membicarakan Soni. Tapi ia tidak peduli. Baginya, kewajiban anak kecil itu menikmati masa bermain. Belajar itu sangat menyusahkan.
 Dua hari kemudian, Pak Jamal kembali masuk ke kelasnya Soni. Sebelum kelas berakhir, Pak Jamal berkata, "Soni. Nanti pas jam istirahat, temui saya di ruang guru. Kalau kamu enggak datang, saya pasti kejar kamu."
Semua siswa di kelas segera melihat Soni. Mereka sudah tahu kalau semua ini karena Soni tidak mengerjakan PR Matematika.
Saat bel istirahat berbunyi, Soni asyik bermain bola dengan temannya. Ketika ia menendang bola, bolanya melaju keluar dari lapangan dan menggelinding mengenai kaki seseorang.
Saat Soni mengambil bolanya, ia mendongak. Wajahnya ketakutan karena di depannya ada Pak Jamal. Lantas Soni menjatuhkan bolanya dan berlari sekencang mungkin. Pak Jamal hanya mengamati dari kejauhan, tidak berbuat apa-apa.
Saat Soni kelelahan, ia berhenti di jalan sempit di samping gerbang sekolahnya. Ia melirik kesana-kemari, memastikan tidak ada yang mengejarnya. Tapi ia kaget bukan kepalang saat mengetahui Pak Jamal sudah ada di belakangnya secara tiba-tiba.
"Soni, tadi di kelas saya bilang apa?" tanya Pak Jamal dengan ekspresi tegas. Soni yang melihat Pak Jamal langsung lemas.
"Kenapa kamu kabur?" tanya Pak Jamal usai mereka berdua di dalam ruang guru.
Soni tidak menjawab apa-apa. Pak Jamal menanyakan hal lain, "Kenapa kamu enggak kumpulin PR?"
Soni tidak menjawab. Pak Jamal berkata, "Pulang sekolah, kamu pungut semua sampah yang berserakan, baik itu di koridor maupun halaman sekolah. Pokoknya enggak boleh ada satu pun sampah yang tersisa, karena saya bakalan cek."
"Tapi, Pak!"