Mohon tunggu...
M Chozin Amirullah
M Chozin Amirullah Mohon Tunggu... Relawan - Blogger partikelir

Antusias pada perubahan sosial, aktif dalam gerakan mewujudkannya. Menghargai budaya sebagai bunga terindah peradaban. Memandang politik bukan sebagai tujuan namun jalan mewujudkan keadilan sosial. Tak rutin menulis namun menjadikannya sebagai olah spiritual dan katarsis. Selalu terpesona dengan keindahan yang berasal dari dalam. Ketua Gerakan Turuntangan, Mengajak anak muda jangan hanya urun angan tetapi lebih baik turun tangan. Kenal lebih lanjut di instagram: chozin.id | facebook: fb.com/chozin.id | twitter: chozin_id | Web: www.chozin.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Gerhana Matahari dan Kegembiraan Anakku

10 Maret 2016   16:24 Diperbarui: 10 Maret 2016   17:14 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua-duanya sama, tak mendapat akses terhadap pendidikan yang diselenggarakan oleh negara. Salah satu dampaknya adalah seperti yang saya ceritakam di atas, lahir generasi yang merespon negatif terhadap fenomena yang terjadi luar dirinya, di alam raya ini.

Kejadian GMT pada era tahun 2016, tahun 1980-an, ratusan dan bahkan ribuan tahun yang lalu adalah fenomena alam yang sama. Kejadian itu berulang setiap sekitar 30 tahun sekali. Tetapi yang membedakan adalah cara manusia merespon. Dan cara manusia merespon ditentukan oleh pengetahuan yang dimilikinya. Ditentukan oleh pendidikannya.

Saya kecil adalah potret dari anak dari para orang tua yang tumbuh dalam tradisional yang melihat fenomena alam dalam kaca mata mitos. Mitos menjadi keyakinan oleh sebab kedangkalan pengetahuan yang memunculkan perasaan gagal paham atas apa yang terjadi. Ketakutan saya kecil saat melihat fenomena GMT sesungguhnya ditanamkan oleh perasaan yang sama oleh para orang tua kami.

Sementara pada anakku, perasaan kegembiraan dalam tantangan padanya adalah potret dari anak yang tumbuh dari orang tuanya yang berhasil bangkit dari keterpurukan pendidikan orangtuanya dan tekun merangkai nasib menggapai pendidikan yang lebih maju. Ah,... Betapa saya berharap hal yang sama juga semakin banyak terjadi pada rekan-rekan segenerasiku di negeri ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun