Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kisruh Stadion JIS, Memang Salah Anies! (Bagian 2)

2 Agustus 2023   07:00 Diperbarui: 2 Agustus 2023   23:09 798
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://media.suara.com/pictures/653x366/2019/03/14/22062-stadion-bmw-jakarta-international-soccer-stadium.jpg

Hani mengatakan, Jakkon mencatat kerugian Rp 24,2 miliar tahun 2021. Namun, setelah melakukan restatement kerugian telah merosot hingga Rp 9,8 miliar. Kemudian khusus untuk ekuitas Jakkon minus 34 miliar!

Khusus untuk restatement, Jakkon bahkan mencatat hattrick selama tiga tahun berturut-turut hingga tahun 2022. Berdasarkan PSAK 25 tahun 2018, penyajian kembali laporan keuangan perusahaan (restatement) dapat dilakukan dengan tetap mentaati aturan dan kaidah yang ada di dalam standar akuntansi keuangan.

Restatement ini ibarat sidang skripsi sarjana. Kalau anda sampai tiga kali mengulang sidang skripsi, maka anda akan jadi anu. Satpam di kampus akan tersipu malu setiap kali melihat wajah anda!

Selain pajak, Jakkon juga memiliki utang gaji sebesar Rp 16,7 miliar kepada 80 tenaga ahlinya. Selanjutnya, ada pencatatan di luar laporan keuangan atau off balance sheet sebesar Rp 25 miliar untuk pengadaan tenaga dan pihak ketiga dalam proyek Jakkon. Aseek!

Off-balance sheet adalah pembiayaan/utang yang tidak muncul di neraca perusahaan. Tujuannya adalah untuk "mempermanis" tampilan neraca perusahaan.

Walaupun diperbolehkan dalam kondisi tertentu, tetapi Off-balance sheet sangat rawan dengan kong-kalikong. Kasus-kasus fraud dalam BLBI, Century dan lainnya itu selalu melibatkan urusan Off-balance sheet ini. Penulis berani memastikan kalau hattrick restatement Jakkon itu berkaitan erat dengan Off-balance sheet ini! Nah perusahaan kayak begini disuruh mendesain stadion bernilai Rp 5 triliun?

Secara tak sengaja penulis kemudian melihat sekilas portofolio Jakkon ini. Sampai tahun 2016 sepertinya perusahaan ini oke-oke saja. Kinerjanya bagus dan proyeknya pun banyak. Terutama di zamannya Ahok.

Entah mengapa, mungkin secara kebetulan saja, di era Anies Jakkon ini mendadak jadi bandel dan mulai menunggak pajak, dan lalu merugi!

Entah mengapa penulis tiba-tiba teringat kepada wajah Marco Kusumawijaya, mantan Ketua Bidang Pengelolaan Pesisir TGUPP Anies, dengan jargon "membangun-tanpa-menggusur" itu. Padahal warga Kampung Bayam di JIS ini "digeser" habis-habisan tanpa ampun. Hahaha.

Meruginya Jakkon ini sebenarnya yang paling sangat tidak masuk akal. Besar fee konsultan perencana berdasarkan persentase nilai proyek adalah sebesar 1% - 3% dari total biaya proyek konstruksi. Anggap saja fee Jakkon 1% dikali Rp 5 triliun, maka besaran kontrak pekerjaannya adalah sebesar Rp 50 miliar! Ini sangat gede pakai banget. Itu hanya jasa perencanaan. Kalau untuk supervisi (pengawasan) lebih besar lagi fee-nya daripada pekerjaan perencanaan!

Modal utama konsultan itu ya cuma pikiran! Mirip-mirip dengan cara kerja kompasianer. Duduk melamun, lalu ketika dapat ide, cepat-cepat coret sana-coret sini lalu mengaplikasikan ide tadi ke laptop.

Setelah hitung sana-hitung sini dan disinkronkan ke Spesifikasi Teknis dan guidelines pekerjaan, ternyata tidak cocok. Fail! Yah sudah duduk melamun lagi sambil ngopce dan merokok sebat untuk mencari pencerahan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun