"Hore, bapak sudah pulang!" teriak Sri menyambut kedatangan Lizal di depan rumah. Lizal kemudian mengeluarkan sebuah boneka panda lalu memberikannya kepada Sri. Bocah itu segera saja berlari ke rumah tetangga untuk memamerkan boneka barunya tersebut.
Di dalam rumah, Haryati kemudian sibuk mengeluarkan barang-barang belanjaan dari dalam ransel. Tatapan mata Lizal kemudian membuatnya jengah. "Ono opo sih mas?" tanyanya.
"Kangen sama kamu jeng."
Pipi Haryati seketika memerah seperti kepiting dicipok sebaskom air panas! Ia cepat-cepat membawa belanjaan itu ke dapur. "Apakah suamiku kesambet?" pikirnya dalam hati. Soalnya sepanjang mereka menikah, rasanya belum pernah suaminya itu bilang "kangen sama kamu jeng" di depan jidatnya!
Senja itu flamboyan berguguran. Haryati lalu memungut sebuah dan menciumnya.
Lizal yang berdiri di belakang Haryati, sadar kalau senja hadirnya hanya sekejap sebab ia harus mengalah kepada malam. Padahal malam pun tak berdaya kepada geliat rindu. Dan kini geliat rindu sudah membuncah di dalam dada. Lizal segera memeluk Haryati dari belakang. Ia kemudian menunjuk kepada senja yang berangsur-angsur menghilang di pelukan malam.
Haryati terdiam mematung tak tahu harus berbuat apa. Tubuhnya bergetar menahan rasa. Belum pernah ia dipeluk seorang lelaki ketika menatap senja yang menghilang di langit, lalu lelaki itu berbisik di telinganya, "senyummu jauh lebih indah daripada senja yang selalu dicemburui malam itu."
Dulu, ketika ia masih bersekolah di SMA, ia pernah membayangkan dipeluk oleh Arif, cowok ganteng teman sekelasnya. Pada suatu kali, pada saat jam istirahat, Arif tiba-tiba memeluk Haryati dari belakang. Teman sekelas mereka pun sontak tertawa. Haryati kemudian berlari ke luar kelas sambil menangis menahan malu dan rasa suka!
***
Dua bulan terakhir ini Haryati merasakan perbedaan yang luar biasa di keluarganya. Suami yang pendiam dan berwajah murung itu kini berubah menjadi sosok jenaka, nackal dan penuh perhatian.
Setiap pulang dari kota kecamatan, ia akan selalu membawa hadiah buat Sri dan dirinya. Haryati merasa heran ketika suaminya itu membelikan body lotion, lulur, scrub, deodoran, masker, lipstik dan bedak untuknya. Untuk apa? wong mereka ini orang ndeso!