Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Hati untuk Satu Cinta (Bagian 13)

3 Februari 2022   20:10 Diperbarui: 3 Februari 2022   20:33 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Malamnya aku sudah bersiap-siap di kamar menunggu Maya. Jam tujuh malam Maya belum datang. Mungkin sebentar lagi pikirku. Jam delapan Maya belum nongol juga, dan teleponnya tidak aktif.

Jam sembilan bahkan hingga jam sepuluh, Maya belum nongol juga. Aku mulai marah bercampur rasa khawatir, takut kalau-kalau terjadi sesuatu. Akhirnya malam itupun berlalu tanpa kehadiran Maya. "Jangkrik!" Hanya itu kata yang kusebut-sebut sebelum tertidur akibat pengaruh vodka yang dicampur dengan jus jeruk.

Pagi hari aku sudah mandi dan sudah sarapan di coffe shop. Aku rebahan sebentar karena merasa letih setelah kurang tidur tadi malam. Urusan pekerjaan di Surabaya sudah selesai. Hari ini aku males-malesan saja sebelum pulang nanti sore ke Jakarta.

Tiba-tiba pintu kamar diketuk. Aku melihat sosok Maya lewat lubang intip pintu. Aku segera membuka pintu.

"Hai Bram, maaf ya semalam aku gak bisa datang."

"Hai, masuk May." kataku mempersilahkan Maya untuk masuk.

"Bram aku minta maaf ya, tadi malam aku memang sengaja gak datang karena takut gak kuat dengan suasananya. Oh ya sekalian mau pamit, nanti malam aku berangkat ke Australia. Jadi mungkin kita gak ketemu lagi." kata Maya sambil menyeka air mata yang sudah mulai mengalir ke pipinya.

Aku tertegun, sepertinya aku banyak ketinggalan cerita yang tak pernah kusadari.

"Bram, kamu perlu tau. Saat-saat bersamamu adalah momen terbaik dalam hidupku. Aku memang salah, salah banget ketika aku pergi ke Australia dulu. Itu adalah kesalahan yang tak bisa kumaafkan, karena aku akhirnya kehilanganmu. Jangan kamu pikir kalau aku seenaknya saja tiba-tiba datang kembali ke dalam hidupmu. Aku sebenarnya takut Bram, gak berani ketemu kamu. Aku mau karena selalu dipaksa sama mas Vicky dan tante, mama kamu!"

"Hah! bagaimana bisa May?" Aku tak bisa menahan rasa terkejutku!

"Kita dulu kan akrab sama mas Vicky dan istrinya. Sayang pernikahan mereka bubar. Sebenarnya aku selalu berhubungan dengan mas Vicky dan mantan istrinya, bahkan sampai saat ini. Kamu gak pernah tau karena mas Vicky selalu berpesan, Bram itu orangnya pokay, susah, cemburuan. Padahal mas Vicky itu baik sekali, dan selalu menjadi 'mataku untuk melihatmu' ketika aku di Australia." Aku kemudian memberi tisu kepada Maya karena matanya mulai berair lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun