Biasanya aku paling tidak suka kalau harus bertugas ke Surabaya. Apalagi sesudah dekat dengan Ratih. Akan tetapi kali ini agak berbeda. Jantungku selalu berdebar setiap kali ada yang menyebut nama Surabaya!
Bayangin saja kalau lagi menyetir di Surabaya sambil dengar radio, "Inilah RRI Pro 2 Surabaya!" Jeder! Jantungku berdebar. Pindah saluran lagi, "Inilah Radio Sonora Surabaya, yang dipancarkan dari Jalan Raya Darmo Permai Utara Surabaya!" Jeder! Jantungku berdebar lagi.
Begitulah seterusnya setiap pindah saluran radio. Akhirnya lama-kelamaan aku menderita stroke, impotensi, kencing manis, bengek, busung lapar dan turun berok karena jantungku terlalu sering berdebar!
Untungnya aku dan Ratih bertemu dengan Pak Dharma di supermarket. Beliau kemudian mengingatkan agar aku jangan lupa berangkat Kamis pagi ke Surabaya. Ratih pun tidak curiga. Ketika Kamis pagi aku hendak ke bandara, Ratih kemudian bertanya kepadaku, "Kamu Sabtu pagi balik ke Jakarta kan?"
"Yah gak bisa sayang. Sabtu Pak Dharma ngajak mancing ke laut gara-gara Pak Yosef kemarin sukses dapet banyak ikan. Lha kemaren si Agus disuruh ke Gunung Sahari nyari Joran yang bagus."
"Halah, mosok malam Minggu aku sendiri lagi?"
Aku kemudian memeluknya, "Sabar sayang, nanti malam Selasa, malam Rabu akan kita buat jadi malam Minggu ya, oke sayang? Aku berangkat dulu ya, ummmach."
***
Aku dan Maya sedang berjalan kaki menuju sebuah mal. "Eh mau kemana kita?" tanyaku heran karena kami kemudian berjalan kaki menyusuri gang kecil di samping mal tadi.
"Santai saja bro, ini namanya mal juga, tapi mal jongkok! Barangnya juga bagus dengan harga ekonomis. Yang penting pembeli harus sabar untuk memilih." Maya kemudian mengaduk-aduk celana dalam dan kaos kutang di atas meja dagangan. Aku hanya bisa bengong melihatnya.
Dengan wajah berseri-seri Maya kemudian menunjukkan hasil perburuannya. "Ini masing-masing setengah losin boxer dan kaos dalem, keren kan? Kamu pasti seksi memakai ini. Harganya seratus tiga, jadi totalnya empat ratus. Bayar bro, cepetan aku udah laper nih."