Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Hati untuk Satu Cinta (Bagian 10)

28 Januari 2022   01:55 Diperbarui: 28 Januari 2022   02:06 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ratih kemudian memelukku erat sekali, "Mau makan dulu apa mandi dulu?"

"Mandi dulu deh." jawabku. Duh Gusti! Baju ini tadi pagi masih dipeluk-peluk Maya, dan aku tidak tega kalau baju ini juga dipeluk Ratih. Kasihan Ratih! Aku kemudian cepat-cepat mandi, dua kali sabunan malah, hahaha.

Sehabis mandi badan lumayan seger. Air hangat memperlancar aliran darah dan membuat otot-otot menjadi rileks. Air dingin kemudian memberi kesegaran dan sensasi menyenangkan.

Aku duduk bersandar pada headboard kasur sedangkan Ratih tiduran pada pahaku sembari memegangi tanganku. Aku nyaris tak mendengar lagi apa yang dibicarakannya. Aku sudah fly karena nyaris tidak tidur semalaman, dan pagi-pagi sekali harus ke bandara dan langsung ke kantor! Gila betul!

Suara Ratih kemudian terhenti ketika mendengar aku sudah mengorok. Ia kemudian merebahkan badanku dengan perlahan. Ia mengecup bibirku lalu memelukku sambil mengusap-usap rambutku. Tak lama kemudian iapun tertidur di sampingku.

Aku kemudian bermimpi. Aku janji ketemu dengan Maya di sebuah restoran di Tunjungan Plaza. Sesampai di sana aku kemudian mencolek seseorang yang kukira Maya, dan ternyata bukan. Perempuan cantik itu wajahnya mirip sekali dengan artis Maudy Ayunda. "Maaf." kataku lalu pergi. Namun ia mengejarku, dan tiba-tiba ia berubah menjadi drakula! Aduh capeknya rek gak ketulungan. Bayangkan saya ia mengejarku dari Surabaya hingga ke apartemenku di Jakarta!

Aku segera berlari ke dapur untuk mencari bawang putih. Kedua tanganku sudah berada di keranjang bumbu ketika ia mendekat. Aku segera mengangkat tangan kananku, tapi ia tertawa saja. Rupanya di tangan kananku itu adalah bawang Bombay. Aku lalu mengacungkan tangan kiriku, dan ia tetap tertawa. Rupanya di tangan kiri adalah bawang Prei! Dan ia kemudian mulai menggigit leherku. "Ahhh!" aku berteriak!

"Kenapa sayang, kenapa sayang? Kamu mimpi ya?" Ratih kemudian membangunkanku.

Aku terbangun, lalu melihat ke sekeliling. "Iya sayang, aku mimpi. Mimpi melihat kamu pergi ninggalin aku."

Ratih kemudian memeluk dan mengusap-usap kepalaku, "Aku gak kemana-mana koq, udah bobo lagi ya." Ia kemudian mengecup bibirku, dan aku langsung tidur dan tidak bermimpi lagi.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun