Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tiga Hati untuk Satu Cinta (Bagian 9)

26 Januari 2022   01:05 Diperbarui: 26 Januari 2022   01:07 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi 3 Hati 1 Cinta, Sumber: Shutterstock

"Take time to know her." Itulah kalimat yang tepat buat Ratih karena walaupun aku sudah bertahun-tahun mencintainya, tapi aku belum mengenalnya dengan baik.

Entahlah, Ratih berbeda dengan Maya. Walaupun baru satu setengah tahun mengenalnya, tapi aku sudah mengenal Maya "luar-dalam." Itu karena hampir setiap hari kami bertemu, dan selalu berinteraksi. Senin sampai Jumat urusan kantor, apalagi aku adalah atasan langsung Maya. Sabtu dan Minggu urusan pacaran. Chemistery-ku dengan Maya sangat kuat karena faktor interaksi tadi.

Aku jadi tahu kalau makan bakso Maya akan mengambil satu sendok cabai merah. Ia tidak suka cabai hijau. Ia akan pakai kecap manis, bukan asin . Kalau ke toilet dia akan menghabiskan waktu sekian menit. Kalau membeli permen pasti dia akan beli merek anu. Sebaliknya juga Maya jadi tahu kebiasaan-kebiasaanku. Apa yang kusukai dan apa yang tidak kusukai.

Akan tetapi aku harus berhati-hati. Maya adalah Maya dan Ratih adalah Ratih yang punya karakteristik masing-masing. Maya adalah masa lalu dan Ratih adalah masa depan. Jadi sudah tepat ide Ratih tidak usah terburu-buru menikah. Kami perlu waktu untuk saling mengenal, menyesuaikan diri, menyamakan persepsi dan membuat program yang cocok bagi kami berdua.

***

Jumat malam ini aku masih di Surabaya, besok rencananya balik ke Jakarta. Aku sedang dalam perjalanan menuju hotel ketika hape berbunyi. Ternyata dari Ratih. "Hai sayang, kamu di mana? Tadi aku tiga kali telfon, koq gak diangkat."

"Hai Bram, ini baru nyampe rumah. Tadi gak denger pas acaranya anak Iqbal. Trus yang terakhir pas lagi di mobil Vicky, gak enak angkat telfon."

"Srrr.. hatiku panas pastinya. "Ngapain harus Vicky yang ngantar kamu, kan rumahnya gak searah! Kan lebih enak Togar dong, rumahnya searah rumah kamu?"

"Aduh Bram, Togar tadi gak keliatan! Lagi pula aku bareng Yanti koq. Vicky antar aku dulu baru ngantar Yanti. Rumah Yanti kan searah dengan rumah Vicky. Jangan pake marah dong Bram."

"Bukan marah sayang, aku tadinya mau nitip amplop ultah anak Iqbal sama kamu, makanya aku telfon. Kan gak enak dia udah ngundang akunya gak datang, yah kasih amplop dong." kataku lega.

"Yah uda, kamu sekarang di mana?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun