Â
Kembali dari Australia dengan gelar S2 plus bisa kembali bekerja di perusahaan lama membuat perubahan besar bagi mentalku. Aku tidak minder lagi. Aku kini bisa menghargai diriku sebagaimana mestinya. Dekat dengan Armand memang merusak mentalku karena aku tak bisa lepas dari bayang-bayang dan kemauannya yang terkadang egois itu.
Percaya diri memang menjadi modal utama seorang lelaki agar bisa mengarungi kehidupan yang keras ini. Yang penting jangan sampai kepedean, hahaha.
Walaupun tidak pernah berhubungan dengan Ratih, tapi aku tetap "stalking-stalking"Â dan mencari tahu tentang keberadaannya. Ternyata Ratih masih sendiri dan tidak pacaran dengan Armand!
Namun aku merasa heran, mengapa Armand tetap ngotot dan tidak mau menyerah untuk merebut hati Ratih. Padahal aku kan sudah di Surabaya dan tidak pernah berhubungan dengan Ratih. Apakah kali ini Armand benar-benar jatuh cinta kepada Ratih? Padahal Ratih bukanlah tipe WIS (Wanita Idaman Sejati) dari seorang Armand.
Entahlah, tapi kata "cinta" itu membuat telingaku panas. Mungkin inilah saat yang tepat untuk mengungkapkan perasaan hatiku kepada Ratih. Kini aku sudah siap dan tidak merasa minder lagi.
Jumat besok adalah hari libur yang berarti long weekend. Nanti aku cepet pulang saja dan langsung ke bandara. Besok aku akan langsung maen ke rumah Ratih.
Ketika hendak menuju kantor, pak satpam kemudian memberikan sebuah undangan yang dititipkan kepadanya. Entah mengapa hatiku merasa tidak enak ketika menerimanya. Aku kemudian kembali ke dalam rumah. Seketika tubuhku bergetar ketika membaca undangan pernikahan itu. Tertulis nama "Ratih-Armand."
Tiba-tiba hape-ku berbunyi. Ternyata dari Yanti, teman kuliahku di Jakarta dulu, "Bram, kamu dapat undangan dari Ratih ya?"
"Iya, aku baru aja membacanya."
"Ya ampun, koq tega banget ya."