Ranjang yang biasanya terasa kaku itu kini berubah menjadi hangat dan lembut di kulit.
Entah sudah berapa lama aku bersender di tembok itu. Keringat jagung membasahi rambut, wajah dan tubuhku. Aku yakin jagungnya itu pasti jenis hibrida merek Pionir P-36 tongkol dua. Soalnya keringetnya banyak pakai banget. Ratih seketika tersadar dan menarik tubuhnya yang memepetku ke tembok. Rambut dan wajahnya juga keringatan.
"Stt, suara bokap gak kedengaran, jangan-jangan bokap ada di luar tuh" bisikku ketakutan.
Ratih kemudian merapikan rambut dan wajahnya, kemudian membuka pintu kamar secara perlahan. "Ntar ya" bisiknya padaku.
Tak lama kemudian Ratih masuk lagi ke dalam kamar, "Bokap lagi ngorok pules, badannya pasti uda enakan tuh abis dikerokin bi Parti. Bi Partinya sendiri malah asik main Mobile Legends. Jadi lanjut lagi gak nih.." kata Ratih menahan tawa.
"Ah enggak ah, ayuk kita keluar cepet" kataku masih ketakutan.
Ratih lalu merapikan rambutku dengan tangannya, dan juga kerah kemeja. Duh Gusti, aku jadi teringat masa kecilku. Sehabis mandi, biasanya badanku selalu dibalur dengan minyak telon dan baby oil, lalu rambutku disisir simbok dengan jemari tangannya.
Duh Gusti, aku jadi baper. Selain simbok, hanya Ratih seorang saja yang pernah merapikan rambutku dengan jari tangannya, suer!
***
Malam itu aku melamun di atas ranjangku. Ranjang yang biasanya terasa kaku itu kini berubah menjadi hangat dan lembut di kulit. Akupun jadi grogi ketika memeluk guling yang biasanya kupakai menjadi ganjal betis itu.