Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Money

Seandainya Saya Jadi Ka-Bulog!

26 Maret 2021   02:05 Diperbarui: 14 April 2021   20:09 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar gudang Bulog, sumber : https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2018/02/27/1a36efd4-d4cf-4cd2-932c-7ed9cdef4702_169.jpeg?w=700&q=90

Bagi para staf/karyawan Bulog yang akan memasuki masa pensiun, lalu diberdayakan di CSR Bulog ini tentunya akan menjadi berkah tersendiri bagi mereka. Demikian juga halnya dengan staf rekrutan dari masyarakat lainnya itu.

Walaupun menghasilkan multiplier effect bagi banyak orang, tetapi tujuan utama saya di proyek ini adalah hanya untuk menjual beras. Dengan demikian beras terus berputar dan tidak ada beras puso di gudang!

Dengan harga gabah diatas HPP, apakah petani akan menjual gabah kepada Bulog? Nehi babuji! Tentu saja tidak! Pedagang itu kan mahluk pinter. Salah satu senjata utama mereka adalah IJON!

Kalau Bulog bersedia membeli GKG dari petani sebesar Rp 5.300/kg, maka pedagang/pengepul akan membeli di harga Rp 5.400/kg. Separuhnya bahkan sudah diberikan ketika petani masih membajak sawahnya, hahaha...

Akan tetapi tugas utama saya itu bukanlah membeli gabah dari petani, melainkan menjaga agar harga gabah sesuai dengan HPP. Dalam hal ini rapor saya tentunya sangat excellent!

Lha, kalau tidak dapat gabah dari petani, lalu apa yang mau dijual kepada tukang nasi goreng? :)

Saya sebenarnya justru lebih suka mengimpor beras karena harganya lebih murah dan mutunya lebih baik. Menjelang panen raya, maka harga beras di China, Thailand dan Vietnam akan murah sekali. 

Apalagi produktivitas sawah mereka itu sangat tinggi sekali. Amerika juga menjual beras, padahal konsumsi beras mereka itu kecil sekali. Kesulitan mereka itu juga sama seperti Bulog, yaitu kekurangan tempat untuk menyimpan beras hasil panen! Jadi kalau timing-nya pas, maka kita akan bisa mendapatkan beras berkualitas dengan harga murah!

Ketika saya mengajukan rencana impor, maka semuanya akan mengecam saya sebagai PKI, antek asing-aseng. "Koq impor padahal kita swasembada?"

Saya lalu lapor ke Istana, "Pakde kalau gak ada impor beras, maka warteg dan tukang nasi goreng akan bunuh diri." Pakde kaget, lalu berkata, "yah sudah lanjutken."

Apakah saya merencanakan komisi lewat impor ini? Nehi babuji! Saya najis makan duit dari cara begini karena terlalu mainstream hehehe. Kalau ada cara cari duit yang lebih berkelas, mengapa harus memakai cara yang bersahaja?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun