Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Money

Seandainya Saya Jadi Ka-Bulog!

26 Maret 2021   02:05 Diperbarui: 14 April 2021   20:09 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar gudang Bulog, sumber : https://awsimages.detik.net.id/community/media/visual/2018/02/27/1a36efd4-d4cf-4cd2-932c-7ed9cdef4702_169.jpeg?w=700&q=90

Sedangkan untuk GKG (Gabah Kering Giling) adalah Rp 5.205/kg. Sementara HET (Harga Eceran Tertinggi) beras medium sebesar Rp 9.450-10.250/kg. Padahal menurut Pusat Informasi Harga Pasar Strategis Nasional (PIHPS) harga beras rata-rata Rp 11.800/ kg pada tahun 2020 kemarin.

Nah sekarang kita pantengin kalkulator Bulog. Rendemen GKG itu berkisar 63% artinya dari 100 kg GKG menghasilkan 63 kg beras, yang terdiri dari beras Medium dan beras Premium. 

Kualitas beras ini (medium atau premium tersebut) sangat ditentukan oleh teknologi/efisiensi dari mesin giling padi tersebut. Harga eceran beras premium sendiri bisa mencapai Rp 20.000/kg.

Jadi kalau Bulog membeli GKG Rp 5.205/kg itu artinya Bulog membeli beras dari petani seharga Rp 5.205/0,63 atau seharga Rp 8.265/kg. Murah banget kan! Anggaplah beras itu semuanya kualitas medium (beras premium dan dedaknya buat saya saja, hehe) maka selisih harga (keuntungan kotor) adalah Rp 9.450 - Rp 8.265= Rp 1.185/kg! Ini masih hitungan paling jelek, soalnya menurut PIHPS) harga beras itu rata-rata Rp 11.800/ kg.

Konsumsi beras nasional berkisar 2,5 juta ton per bulan. Anggaplah porsi Bulog 40% saja, yaitu sejuta ton. Maka laba Bulog sebelum dipotong biaya operasional adalah 1 juta ton dikali Rp 1.185/kg = Rp 1.185 miliar atau Rp 1,185 triliun!

Nah, karena Bulog badan sosial yang dipimpin seorang sosialis pula, maka HPP ke petani tadi bisa dinaikkan lagi, sementara harga beras ke konsumen bisa ditekan di bawah HET.

"Apalah gunanya hidup ini kalau tidak bisa memberi manfaat bagi orang lain." Kata Ahok, "elo harus jadi pejabat dulu agar bisa memberi impact yang besar bagi orang lain."

Untuk menghindari puso di gudang, sejatinya beras itu harus berputar terus. Di negeri ini sangat banyak warteg, tukang nasi goreng dan juga pembuat kue/jajanan pasar. Mereka ini sebenarnya pasar yang sangat potensial bagi Bulog. Masalahnya Bulog tidak bisa menjual langsung kepada mereka ini.

Saya lalu membentuk CSR, sebuah badan kemitraan dengan staf berasal dari karyawan Bulog sendiri dan rekrutan dari masyarakat untuk menjembatani Bulog dengan pasar. Staf ini nantinya bertugas sebagai pembimbing para wirausahawan kecil tersebut.

Misalnya saja sebuah warteg rata-rata membutuhkan 10 kg beras/hari yang dibeli secara tunai di pasar dengan harga Rp 12.000/kg. CSR Bulog kemudian menawarkan harga Rp 10.500/kg yang bisa dibayar pada akhir bulan, plus bimbingan manajemen lewat staf CSR Bulog.

Bulog sendiri menjual kepada CSR Bulog sesuai dengan HET, yakni Rp 9.450/ kg. Selisih penjualan kepada konsumen Rp 10.500/kg dikurangi Rp 9.450/ kg yaitu Rp 1.050/ kg menjadi milik staf CSR Bulog. Kalau seorang staf membimbing sepuluh wirausahawan misalnya, maka tinggak dikalikan saja berapa penghasilannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun