Kerusakan beras di gudang itu selalunya pada lapisan terbawah. Prinsip utama manajemen gudang itu adalah, "First in first out." Beras pertama masuk harus menjadi beras pertama keluar!
Coba periksa gudang Majapahit (Bulog) itu. Yakin beras pertama masuk menjadi beras pertama keluar? Lapis pertama (terbawah) itu akan selalunya menjadi beras terakhir yang akan keluar. Dalam kasus temuan Ombudsman di atas, beras pertama masuk malah betah ngendon sejak tahun 2018 lalu, sehingga terancam puso, hahaha...
Sederhananya seperti menyimpan beras di rumah. Kalau naruh berasnya di ember 200 liter, maka beras terbawah itu akan kekuningan setahun kemudian! Jadi simpanlah beras di rice-box, karena beras pertama masuk selalunya akan menjadi beras pertama keluar.
Nah, Bulog seharusnya menyimpan beras di rice-box (silo) seperti di negeri-negeri maju. Dengan demikian mutu berasnya akan selalu terjaga.
Akan tetapi membangun silo itu kan butuh duit? Utang Bulog saja sudah Rp 29,2 triliun, mana kas negara lagi cekak pula gegara pandemi. Minta duit ke pemerintah pasti akan kena damprat SMI atau pakde! Nah disinilah dibutuhkan visi dari seorang visioner.
Saat ini dunia usaha lagi gegana (gelisah, galau merana) bukan karena tidak ada duit, tetapi karena lemahnya pasar! Duit justru berlimpah dan menganggur, baik dari pengusaha yang mengendurkan atau malah menghentikan aktivitas bisnisnya, dan juga dari dana tidur masyarakat (tabungan/ dana pensiun)
Coba cek bunga tabungan dan deposito saat ini, rendah sekali. Hal mana membuat para pensiunan yang mengandalkan bunga deposito untuk kehidupan sehari-harinya menjadi terpukul.
Nah ini saat yang tepat bagi Bulog untuk mengeluarkan obligasi. Dengan bunga 8% saja pastinya akan segera ludes diserbu pasar! Nah, Bulog kini sudah punya silo dan modal besar untuk main beras!
Dengan silo, gudang besar plus modal tadi, saya berani menjamin akan membeli seluruh hasil panen petani di atas harga ketetapan pemerintah sendiri! Statement ini otomatis akan mendongkrak harga gabah di tingkat petani.
Lha, bagaimana caranya? Wong selama ini di bawah harga ketetapan pemerintah saja Bulog tak pernah sanggup untuk membeli gabah petani!
Mari kita cek dulu harga gabah/beras ini. Mengacu kepada Permendag No. 24 Tahun 2020, harga HPP (Harga Pokok Pembelian) gabah untuk GKP (Gabah Kering Panen) adalah Rp 4.200/kg.Â