Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Putus Mendadak? Aku Bukan Kaesang!

9 Maret 2021   19:15 Diperbarui: 9 Maret 2021   19:38 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kaesang dan Felicia, sumber : https://images.solopos.com/2017/11/Kaesang-Pangarep-dan-Felicia-Instagram-@kaesangp.jpg

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian

Bersenang-senang dahulu bersakit-sakit kemudian

Sekarang ini lagi happening kisah putusnya Kaesang pangarep dengan (mantan) pacarnya Felicia. Penulis bukannya bermaksud kepo ngurusin pacar orang, apalagi ketika isu ini kemudian dikaitkan pula dengan Istana. Kebetulan kisah asmara ini mirip-mirip pula dengan kasus rencana "peng-ghostingan AHY dari kursi Ketum Demokrat!"

Entah mengapa ketika membaca kisah putus Kaesang-Felicia ini, penulis tiba-tiba teringat kepada kisah "layangan putus" dan...Ahok!

Sepertinya ada benang merah dari ketiga isu ini. Ada peristiwa ghosting, hilang mendadak tanpa kabar berita, dan ada pula kisah "pagar makan tanaman, karyawan makan majikan!"

Di-ghosting atau diputus pas lagi sayang-sayangnya tentunya sangat menyakitkan. Apalagi kalau hubungan tersebut sudah lama berlangsung. Tentunya teman-teman dan keluarga sudah saling mengenal pula satu sama lain. Jadi ketika hubungan tersebut diputus oleh salah satu pihak tentunya bukan hanya rasa sakit saja yang mendera, tetapi juga rasa malu yang tak tertahankan. Rasa empati dari temanpun rasanya sama saja seperti sebuah ejekan!

Penulis jadi ingat kisah teman yang kena ghosting dan kemudian diputus pas lagi sayang-sayangnya itu. Ceritanya teman ini punya pacar. Hubungan mereka sebenarnya sudah cukup lama walaupun beberapa kali mengalami hubungan putus-sambung.

Namun teman yang termasuk kategori playboy ini kemudian memutuskan untuk mulai serius dan berencana akan menikahi sang pacar tahun depannya.

Pada suatu kali sang pacar pamitan akan pergi liburan ke tempat keluarganya di Medan. Tiga hari pacar pergi, teman ini mendapat firasat buruk karena mantan sang pacar itu tinggal dan bekerja di Medan. "Jangan-jangan mereka akan menikah di Medan nantinya!" pikir teman tadi.

Kebetulan empat bulan lalu itu, teman ini terpaksa harus mengeluarkan segala ilmu simpanan yang dimilikinya itu untuk merebut kembali sang pacar dari pelukan simantan tadi. Namun kali ini teman ini kehilangan kepercayaan diri terhadap sang pacar.

Ia pun kemudian segera berangkat ke Medan, tapi tidak berhasil menemukan sang pacar.

Menurut keluarganya, sang pacar liburan ke tempat keluarganya di Danau Toba. Setelah seminggu di Medan barulah teman tadi dapat kabar kalau sang pacar justru sudah kembali ke Jakarta.

Dengan rasa gegana (gelisah, galau, merana) teman tadi kemudian langsung meluncur ke rumah sang pacar di Ciledug. Sampai di sana ia kaget melihat tukang bongkar-bongkar tenda biru. "Apakah ada kemalangan?" pikirnya dalam hati, sampai kemudian simbak yang bekerja di rumah sang pacar menegurnya, "Lho mas koq datang lagi? non Sarah kemarin sudah langsung boyongan sama suaminya ke Medan..."

"Duh Gusti!" Tidak kebayang kalau penulis berada di posisi teman tadi. Tangan dan lutut teman itu pastinya akan gemetaran. Apalagi bang Sarmili, tukang nasi goreng tempat kami biasa nongkong di pojokan itu juga hadir di situ sambil tersenyum mesem-mesem.

Kami pun tidak mengetahui kisah ini sampai seminggu kemudian kami main ke rumah teman ini, dan menemukannya dalam keadaan mabuk berat sambil menangis tersedu-sedu seperti anak kecil.

Berat betul sepertinya penderitaan teman ini! Penulis sendiri pernah mengalami di-ghosting dan diputus pas lagi sayang-sayangnya, tapi tidak menyangka kalau akan sebegini beratnya kala patah hati. Padahal teman ini seorang playboy yang terbiasa mempermainkan rasa...

Bagaimana pula kalau korban itu adalah orang yang tak pernah membayangkan adanya orang lain dalam hidupnya selain pacarnya itu sendiri. Duh Gusti.

Ternyata dalam urusan patah hati tidak ada korelasinya dengan gender. Laki-laki atau perempuan sama saja, sama-sama terluka ketika patah hati. Menangis dan menangisi kesialan hidup menjadi cara termudah untuk membela diri sekalipun mungkin tidak ada seorang pun yang menyalahkan.

Jatuh hati dan patah hati terkadang sulit dijelaskan dengan kata-kata karena terkadang berada di luar nalar. Jatuh hati kepada orang yang hatinya masih terikat kepada orang lain, tentunya akan mematahkan hati orang lain tersebut.

Akan tetapi, manusia terkadang tak kuasa menahan rasa untuk tidak jatuh hati kepada seseorang. Sebaliknya pula banyak orang yang tak mampu memaksa orang yang dikasihinya itu agar jangan pernah mematahkan hatinya, Duh Gusti...

***

Dalam kasus putus hubungan, hampir selalu penyebabnya adalah hadirnya pihak ketiga dalam hubungan ini. Pihak ketiga ini bisa saja orang lain yang tidak mengenal korban, atau malah justru orang dalam sendiri yang mengenal atau sangat dekat dengan korban.

Dalam kasus pagar makan tanaman memang cukup berat untuk bisa memulihkan kembali hubungan yang sempat terputus itu. Penyebabnya, "pelakor" mengenal betul karakter dari kedua pasangan ini, termasuk apa yang disukai dan apa yang tidak disukai oleh mereka.

Dengan demikian sipelakor tadi akan berbuat sedemikan rupa (terkadang dibuat-buat) agar ia terlihat perfect di depan "target," karena ia memang tahu betul karakter/kesukaan si-target tadi.

Sebaliknya karena dekat, "peselingkuh" otomatis akan selalu membandingkan korban (pacar lama) dengan pelakor (pacar barunya) "Apa yang selama ini tidak terlihat kemudian menjadi terlihat nyata!"

Apalagi kalau kedua pasangan ini dari latar belakang berbeda (dalam hal ini ras, agama, budaya dan kebangsaan berbeda)

Misalnya saja "peselingkuh" ini sukanya kopi tubruk jenis Robusta dari Toraja. Selama ini sang pacar selalunya menghidangkan kopi instan sachetan. Namun hal itu tidak pernah menjadi persoalan karena kopi yang dibuat pacar itu memang selalunya enak.

Lalu pelakor menghidangkan kopi tubruk dari Toraja tadi."Makjleb, lezatnya terasa di lidah sensasinya singgah pula di hati. Kopi tanpa gula itu dalam sekejab terasa manis seiring melihat senyum manis sipelakor. Kopi boleh sama hitam, tapi cita rasa tidak bisa diselingkuhi. "Kopi Toraja" memang tiada duanya!

Itu masih kopi, belum lainnya. Pernah gak kebayang kalau bisa sahur dan buka bersama. Lalu ikut tarawih bersama pula. Guyonan bareng dengan gaya Surakartaan itu pastinya tidak pernah terlintas sebelumnya dalam pikiran.

Tentunya butuh effort dan pengorbanan yang luar biasa agar bisa mengatasi perbedaan latar belakang ini. Itu masih kulitnya, belum menyentuh isi dalamnya yang menyangkut mindset, hobi, selera dan lain sebagainya

Apapun katanya, dalam kondisi begini pastinya pelakor akan selalu terlihat lebih sempurna daripada pacar lama (korban) karena ia mampu mengelola situasinya.

Akan tetapi, tak ada gading yang tak retak, tak ada pula gundul yang tak botak. Orang yang mencari kesempurnaan akan selalu melihat hal baru karena yang baru selalunya hadir untuk menyempurnakan yang lama.

Apa yang terlihat baru pada hari ini akan menjadi usang pula di masa mendatang. Begitulah siklus hidup, yang baru akan selalu datang untuk menggantikan yang lama.

Namun bagi penulis berlaku jargon, "Sapu baru membersihkan lebih bersih, tapi sapu lama selalu tahu dimana saja tempat-tempat yang kotor..."

Buat yang selalu di hati, salam sayang selalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun