Ada hal menarik dalam pertandingan kemarin itu. Di babak pertama Salah memang tak nampak menonjol tersebab tiga hal yang saling berhubungan.
Pertama tentunya karena West Ham yang bermain rapat dan defensif. Kedua bapuk-nya Origi dan Shaqiri sebagai tandem Salah di depan. Ketiga, West Ham bukanlah tim kacangan, mereka bahkan sempat berada di posisi empat. Itulah sebabnya lini belakang tidak berani gegabah naik untuk membantu serangan.
Akan tetapi Salah tidak frustasi, dan sabar menunggu situasi membaik. Dan betul saja, situasi kemudian berubah. Masuknya Curtis Jones, Firmino dan Chamberlain sontak mengubah gaya permainan Liverpool yang kini mengandalkan through-pass. Gol ketiga Liverpool dibuat dengan cara ini. Proses golnya indah sekali.
Selain itu tentunya karena West Ham juga bermain terbuka demi mengejar ketertinggalan. Hal ini justru semakin membuat Liverpool nyaman mengontrol permainan.
Lalu ada yang mengatakan, Salah bermain bagus karena tidak ada Mane! Sepertinya ada benarnya. Salah tampil percaya diri karena hanya dia satu-satunya "pangeran"yang bermain. Tidak ada Jota, apalagi Mane! Â Seluruh pemain melayaninya dengan baik. Iapun kemudian tampil menggila.
Penulis sendiri beberapa kali melihat Mane tercyduk menunjukkan raut muka tak sedap ketika Salah mencetak gol.
Yah memang ada masalah antara Mane dengan Salah. Mane tak pernah berusaha menyembunyikan ketidaksukaanya kepada Salah, walaupun ia tetap membantu Salah secara profesional di lapangan.
Sebaliknya Salah tak pernah menunjukkan ketidaksukaanya kepada Mane, walaupun di lapangan jelas-jelas terlihat kalau Salah sering memberi bola kepada Mane itu seakan "tidak niat." Itulah sebabnya Mane "yang polos" itu benci kepada Salah. Hahaha...
Walaupun loetjoe, tapi ini masalah serius karena benar-benar telah berdampak terhadap kinerja Liverpool. Apalagi mereka berdua adalah top skorer Liverpool.
Tadinya Jota dihadirkan untuk mengurangi gesekan ini. Sayangnya Jota dilanda cedera pula. Mungkin ada baiknya Liverpool menjual salah satu dari mereka berdua. Sayang memang, tapi sepertinya tidak ada pilihan lain.
Soal Nathaniel Philips, penulis berharap Klopp mau memberi kesempatan bermain yang cukup bagi Philips. Hendo adalah mentor dan pasangan duet terbaik bagi Philips. Selama bermain mereka terus berkomunikasi. Hendo selalu memotivasi Philips, membuatnya semakin percaya diri.