Peraturan utama dalam bermain bola (ala Liverpool)
Tanpa bola : Kamu harus terus berlari untuk membuka ruang.
Dengan bola : Jangan berlari dengan bola, biarkan bola yang berlari menuju sasaran.
Liverpool tampaknya sudah mulai kembali ke habitat asalnya, yaitu bermain syantik dan mencetak banyak gol. Bertandang ke London Stadium, markas klub West Ham united, Liverpool akhirnya berhasil mengandaskan perlawanan tuan rumah dengan skor telak 3-1.
Liverpool turun dengan skuat "aneh tapi nyata," tersebab cederanya seluruh bek tengah senior plus cederanya Sadio Mane. Selain itu Firmino dan Chamberlain yang baru sembuh dari cedera belum bisa bermain penuh sehingga bermain dari bangku cadangan.
Penulis "asli" cemberut melihat susunan pemain anak asuh Jurgen Klopp ini, terutama lini depan yang diisi oleh Divock Origi. Mengapa tidak Minamino, Chamberlain atau Firmino saja yang dimainkan terlebih dahulu?
Ini bukan pertanyaan "kurang ajar," sebab Origi sudah beberapa tahun terakhir ini diberi label "for sale." Sayangnya ia termasuk laki-laki yang penuh lika-liku dan luka-luka yang akhirnya tak laku-laku.
Artinya Origi ini sudah tidak punya prospek lagi di Liverpool, jadi sebaiknya tidak usah diturunkan lagi. Sebaiknya kesempatan itu diberikan saja kepada pemain senior yang baru sembuh dari cedera atau pemain muda untuk menambah jam bermain mereka.
Hal itu kemudian terbukti. Origi tidak memberi kontribusi, bahkan memberi pengaruh buruk bagi tim. Setelah ia ditarik keluar dengan luka di kaki dan di dalam batin, permainan Liverpool kemudian kembali ke "setelan pabrik!"
Lini belakang Liverpool memang "lagi horor." Bukan hanya pemain inti (van Dijk, Gomez dan Matip) saja yang cedera, bahkan pemain cadangan seperti Fabinho juga cedera.
Ibarat mobil, seluruh ban beserta ban cadangan ludes digondol maling. Untunglah mobilnya ditinggal. Mungkin karena si maling tidak kuat membopongnya.
Sebelumnya Rhys Williams diberi kesempatan berduet dengan Fabinho kala bersua MU di Piala FA. Keduanya tampil bapuk karena memberi kemenangan mudah bagi MU.
Berhadapan dengan West Ham, Klopp tidak punya pilihan lagi selain menurunkan Hendo dengan Nat Philips. Ini menjadi kombinasi bek tengah ke-12 yang dicoba Klopp sejak van Dijk cedera.
Hasilnya sungguh tidak mengecewakan! Man of the match pastinya adalah Salah. Pemain terbaik lapangan tengah pastinya adalah Thiago. Namun bagi penulis yang paling keren itu adalah Nat Philips.
Philips berhasil membuat penyerang berbahaya West Ham, Antonio tidak berkutik. Philips juga tangguh menghadapi bola-bola atas yang menjadi andalan klub-klub seperti West Ham.
Yang paling berkesan bagi penulis adalah ketika West Ham mendapat sebuah tendangan bebas.
Bola jatuh tepat di antara pemain yang berlari dengan kiper. Namun Philips orang yang pertama menyundul bola. Gilanya, bola itu bukan dibuang ke atas mistar atau ke samping gawang untuk menjadi korner, tapi di buang ke tengah lapangan!Â
Uedan tenan rek! Berlari sprint menuju gawang, lalu melompat tinggi dan kemudian menanduk bola ke arah yang berlawanan!
Penulis tidak yakin pernah melihat yang beginian. Ramos, Varane, van Dijk, Gomez, Laporte dan John Stones tak mampu melakukan seperti itu.
Kalau arah bola datang dari samping atau dari depan, bek tengah akan gampang mengatur kepala (dahi) untuk mengarahkan bola sesuai dengan keinginannya.
Dalam hal ini Philips tidak mungkin memakai dahi untuk membuang bola, jadi ia lebih mengandalkan sisi samping kepala plus kekuatan otot lehernya untuk membuang bola. Tetiba penulis teringat kepada si leher beton, Mike Tyson!
***
Babak pertama berjalan datar saja, cenderung membosankan. Lini depan Liverpool bapuk, dan tidak ada kreativitas sama sekali. Lini belakang juga berusaha bermain aman, membuat dua bek sayap tidak terlalu agresif. Akhirnya hanya lini tengah saja yang berputar-putar memainkan bola.
Di sisi lain, West Ham juga bertahan sangat disiplin karena mereka memang mengincar counter attack lewat kecepatan Antonio. Jadi West Ham tidak mau bermain terbuka terus menyerang Liverpool.
Itulah sebabnya pertandingan berjalan datar karena penyerang Liverpool tidak mampu membongkar pertahanan West Ham. Babak pertama berjalan seri, 0-0.
Melihat Liverpool buntu, pada babak kedua West Ham mulai bermain agresif. Menit ke-57 petaka menimpa tim tuan rumah. Dalam sebuah serangan Liverpool, Curtis Jones memberi umpan kepada Salah yang menusuk dari dari sayap kanan.
Di depan Salah sebenarnya ada pemain West Ham Cresswell, lalu Dawson sebelum kiper Fabianski.
Sepintas tidak berbahaya karena ruang tembak Salah tertutup oleh Cresswell. Namun bola berada di kaki kiri Salah, dan ia kemudian mencoba peruntungan lewat kaki ajaib tersebut, dan gol!
West Ham tersentak dan mulai bermain lebih agresif lagi untuk mengejar ketertinggalan. Disinilah kesalahan West Ham. Bermain terbuka West Ham akan dimangsa Liverpool lewat fast break dan counter attack.
Peraturan utama dalam bermain bola (ala Liverpool)
Tanpa bola : Kamu harus terus berlari untuk membuka ruang.
Dengan bola : Jangan berlari dengan bola, biarkan bola saja yang berlari menuju sasaran.
Sebuah tendangan sudut dari West Ham kemudian dibuang Robertson ke depan. Arnold kemudian berlari mengejar bola. Bola tadi segera ditendangnya jauh ke depan Shaqiri yang berlari kencang.
Shaqiri melihat Salah juga berlari kencang menuju kotak penalti. Shaqiri kemudian menendang bola itu tanpa mengontrolnya terlebih dahulu.
Bola tadi kemudian singgah di kaki kanan Salah, lalu dioper lagi ke kaki kiri dan disonteknya pelan menembus gawang West Ham. Liverpool 2, West Ham 0.
Ini gol spektakuler yang dulu menjadi andalan salah, Mane maupun Firmino. Dulu penulis mengatakan kalau trio Firmansah sangat berbahaya ketika menerima bola sambil berlari, bahkan jauh lebih berbahaya daripada ketika mereka sendiri yang mengkreasi serangan dengan membawa bola.
Gol pertama Salah ke gawang MU pada laga Piala FA, gol ketiga Mane kala bersua Spurs serupa dengan skema serangan balik cepat Liverpool ini.
***
Ada hal menarik dalam pertandingan kemarin itu. Di babak pertama Salah memang tak nampak menonjol tersebab tiga hal yang saling berhubungan.
Pertama tentunya karena West Ham yang bermain rapat dan defensif. Kedua bapuk-nya Origi dan Shaqiri sebagai tandem Salah di depan. Ketiga, West Ham bukanlah tim kacangan, mereka bahkan sempat berada di posisi empat. Itulah sebabnya lini belakang tidak berani gegabah naik untuk membantu serangan.
Akan tetapi Salah tidak frustasi, dan sabar menunggu situasi membaik. Dan betul saja, situasi kemudian berubah. Masuknya Curtis Jones, Firmino dan Chamberlain sontak mengubah gaya permainan Liverpool yang kini mengandalkan through-pass. Gol ketiga Liverpool dibuat dengan cara ini. Proses golnya indah sekali.
Selain itu tentunya karena West Ham juga bermain terbuka demi mengejar ketertinggalan. Hal ini justru semakin membuat Liverpool nyaman mengontrol permainan.
Lalu ada yang mengatakan, Salah bermain bagus karena tidak ada Mane! Sepertinya ada benarnya. Salah tampil percaya diri karena hanya dia satu-satunya "pangeran"yang bermain. Tidak ada Jota, apalagi Mane! Â Seluruh pemain melayaninya dengan baik. Iapun kemudian tampil menggila.
Penulis sendiri beberapa kali melihat Mane tercyduk menunjukkan raut muka tak sedap ketika Salah mencetak gol.
Yah memang ada masalah antara Mane dengan Salah. Mane tak pernah berusaha menyembunyikan ketidaksukaanya kepada Salah, walaupun ia tetap membantu Salah secara profesional di lapangan.
Sebaliknya Salah tak pernah menunjukkan ketidaksukaanya kepada Mane, walaupun di lapangan jelas-jelas terlihat kalau Salah sering memberi bola kepada Mane itu seakan "tidak niat." Itulah sebabnya Mane "yang polos" itu benci kepada Salah. Hahaha...
Walaupun loetjoe, tapi ini masalah serius karena benar-benar telah berdampak terhadap kinerja Liverpool. Apalagi mereka berdua adalah top skorer Liverpool.
Tadinya Jota dihadirkan untuk mengurangi gesekan ini. Sayangnya Jota dilanda cedera pula. Mungkin ada baiknya Liverpool menjual salah satu dari mereka berdua. Sayang memang, tapi sepertinya tidak ada pilihan lain.
Soal Nathaniel Philips, penulis berharap Klopp mau memberi kesempatan bermain yang cukup bagi Philips. Hendo adalah mentor dan pasangan duet terbaik bagi Philips. Selama bermain mereka terus berkomunikasi. Hendo selalu memotivasi Philips, membuatnya semakin percaya diri.
Mudah-mudahan Philips bisa menjadi rising star Liverpool seperti halnya Robertson, Gomez dan Arnold dulu.
Salam sepak bola
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H