Pada pertandingan pertama di Anfield, Liverpool sangat frustasi menghadapi Spurs. Gol telat Firmino di penghujung laga akhirnya bisa memenangkan Liverpool. Padahal penguasaan bola Liverpool hingga 76%. Liverpool melepaskan 17 tendangan, dengan 11 tepat sasaran, berujung 2 gol saja!
Nah dalam pertandingan di London kemarin, penguasaan bola Liverpool justru cuma 50% saja, sama dengan Spurs. Liverpool melepaskan 14 tendangan, dengan 7 tepat sasaran, berujung 3 gol! Aseek.
Nah disinilah peran Thiago diperlukan untuk melambatkan tempo permainan lewat one-two pass dengan pemain Liverpool lainnya. Pemain Spurs jadinya bingung karena Liverpool tidak menyerang secara membabi-buta seperti biasanya.
Ungtunglah Klopp sudah insap. gegenpressing tanpa henti bisa membawa celaka karena rawan membuat pemain kelelahan dan cedera. Jadi kini Liverpool bermain dengan gegenpressing New-normal. Bisa on-off sesuai kebutuhan. Thiago berperan pada saat gegenpressing mode off.
Untuk urusan gol, Liverpool kemudian kembali ke habitatnya semula tanpa harus mebebani Thiago.
Gol pertama adalah berkat kejelian Hendo yang dari belakang langsung memberi bola kepada Mane.
Gol kedua berasal dari rebound tembakan Firmino yang bisa dimanfaatkan Arnold yang ikut naik menyerang.
Gol ketiga adalah crossing trade-mark Arnold yang disambit langsung oleh Mane. Ketiga gol ini adalah asli ploduk-ploduk Liverpool dengan cara fastbreak cepat, bukan made in Germany yang dikreasi dari lapangan tengah oleh Thiago.
***
Akhirnya MU kembali ke habitatnya semula, lemah gemulai ketika berhadapan dengan klub peringkat satu EPL (dari belakang)
Dua kali pertemuan, dua kali pula SU (Sheffield United) mencetak sepasang gol ke gawang MU. Padahal SU ini terkenal sebagai "klub sebiji," itu karena mereka biasanya cuma berhasil mencetak sebiji gol saja ke gawang lawannya, hahaha...