Tentunya tidak gampang, tetapi akan bisa kalau ada niat yang teguh untuk memperbaiki kekurangan yang ada, termasuk bersikap tegas terhadap bawahan yang coba-coba berbuat nakal.
Satu hal lagi, Risma adalah orang pilihan presiden, sedangkan pejabat lama adalah titipan parpol. Jadi Risma harus percaya diri akan bisa melaksanakan amanah dari presiden untuk memperbaiki kinerja Kemensos ini.
***
Persoalan kedua adalah karena kantor Kemensos itu ada di Jakarta, bukan di Solo atau Surabaya. Kalau kantor gubernur Jawa Barat dan Jawa Tengah itu di Jakarta, maka nasib Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo akan sebelas dua belas juga dengan Risma. Apalagi ketiga orang ini punya potensi menjadi saingan dari "abang sebelah" menuju istana negara.
Persoalan kedua ini sebenarnya terkesan "remeh-temeh," karena masalah sebenarnya tidak ada, tetapi justru direkayasa sedemikian rupa sehingga terjadi perang opini di sosmed.Padahal di alam nyata sendiri, semuanya tetap berjalan dengan santuy.
Memangnya ada wacana debat terbuka antara Risma dengan Anies perihal keberadaan gelandangan di Sudirman tadi? Kan tidak ada. Yang ada justru perang diantara buzzer sendiri.
Perang opini itu memang identik dengan kucuran "Rp," baik secara langsung maupun lewat AdSense.
Jakarta itu memang sarang penyamun karena banyak "penyamun" (buzzer) mengais rezeki dengan cara membully orang lain demi kepentingan majikan maupun kepentingan konten pribadinya sendiri.
Cari makan dengan cara begitu memang tak ada bedanya dengan cara kerja para penyamun di Selat Malaka dulu.
Nah, untuk menghadapi para buzzer ini, Risma sebaiknya tidak usah menanggapinya. Sekalipun ia misalnya memang punya misi khusus untuk perhelatan Pilgub DKI Jakarta maupun Pilpres 2024 nanti.
Kan tidak ada salahnya juga, sambil menyelam minum air. Jadi Ibu Risma rajin-rajin saja blusukan ke seantero DKI Jakarta agar sang bos lebih kreatif lagi, agar tidak hanya bisa sekedar mengecat atap genteng doang...