Selain lini penyerangan, duet wingback yang selama ini menjadi andalan justru tidak terlalu memberikan kontribusi bagi Liverpool. Padahal biasanya mereka ini rajin memberikan umpan kunci, asis bahkan gol lewat tendangan keras dari luar kotak penalti.
Ole juga cerdik sekali dengan menempatkan Poga sebagai winger kanan dengan tugas ganda, berduel dengan Gini Wijnaldum plus menahan Robertson agar tidak leluasa naik membantu penyerangan. Pogba sukses menjalankan tugasnya dengan baik, bahkan membuat sebuah tendangan on target.
Kalau Mourinho menonton pertandingan ini, ia pasti akan berteriak, "Ini MU rasa Mourinho bukan MU rasa Ole!"
***
Saat ini Liverpool berada di posisi empat padahal dua pekan lalu masih memimpin klasemen. Dalam lima laga terakhir Liverpool hanya bisa meraih 6 poin saja (kehilangan 9 poin) Padahal Manchester City bisa meraih 15 poin bersih. Sementara itu MU dan Leicester City berhasil meraup 11 poin. Jadi wajar kalau Liverpool kemudian tergusur ke posisi empat.
Liverpool sebenarnya sudah lama mengalami kemunduran. Puncaknya adalah ketika melawan Atlanta dalam fase grup D Liga Champion pada 26 November 2020 lalu. Bermain di kandang sendiri, Liverpool justru dipencudangi Atalanta dengan skor 0-2. Bukan itu saja, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Liverpool mencatatkan nol tembakan tepat sasaran! Liverpool bahkan cuma bisa melepaskan empat tendangan melenceng sepanjang laga tersebut! Padahal ketika bermain di kandang Atalanta Liverpool bisa menang telak 5-0.
Kesalahan mutlak ada di tangan Klopp yang salah memasang pemain. Awalnya Klopp memasang Neco Williams pada posisi bek kanan, Tsimikas di bek kiri, sedangkan Matip dan Rhys Williams di tengah.
Sebagai catatan Tsimikas baru saja bergabung dan ini menjadi starting pertamanya Di Liga Champion. Neco dan Rhys adalah pemain belia yang "harus" naik kelas karena Liverpool krisis pemain belakang.
Jadi praktis hanya Matip sendiri pemain senior, dan ia harus membimbing tiga pemain baru, yang untuk pertama kalinya pula bermain bersamanya. Tentunya ini adalah perjudian yang sangat fatal, karena kalau sampai terjadi salah-pengertian maka gol ke gawang Liverpool menjadi taruhannya.
Di tengah Klopp memainkan trio Wijnaldum, Milner dan Curtis Jones. Lini tengah tidak ada problem karena Milner bisa dan biasa berbagi peran dengan Henderson.
Di depan Klopp memainkan trio gimansah (Origi, Mane dan Salah) yang sama sekali tidak padu! Mengapa Klopp memainkan Origi padahal ada Firmino dan Jota?
Tsimikas kemudian menjadi titik terlemah Liverpool dan dieksploitasi habis-habisan oleh Atalanta. Setelah Liverpool tertinggal dan Tsimikas mendapat kartu kuning, Klopp kemudian melakukan empat pergantian pemain. Tsimikas digantikan Robertson. Origi digantikan Diogo Jota. Â Gini digantikan Fabinho dan Salah digantikan Firmino.