Kalau Fernandes bisa menyatukan visi dengan dua gelandang pivot, maka lini tengah akan dikuasai oleh MU, otomatis MU akan mengendalikan permainan.
Siapa yang lebih dahulu mencetak gol, berpeluang besar untuk memenangkan pertandingan ini, atau setidaknya mengamankan satu poin. Sebab dengan punya tabungan gol, tentunya para pemain akan lebih nyaman mengontrol tempo permainan.
Strategi permainan Liverpool tidak usah dipertanyakan lagi sebab Liverpool hanya punya satu gaya saja, yakni gegenpressing.
Kini tinggal strategi Ole dalam menghadapi Liverpool. Bermain terbuka rasanya kurang tepat karena MU akan segera "dirajam" Liverpool seperti Crystal Palace kemarin itu.
Penulis teringat akan hasil fenomenal ketika MU mengalahkan Liverpool 2-1 pada Maret 2018 lalu. Ketiga gol itu dicetak pemain MU. Dua gol Rashford ke gawang Liverpool dan sebuah gol bunuh diri Bailly ke gawang de Gea.
Seperti biasa, Mourinho sengaja membiarkan Liverpool menguasai lini tengah, tetapi mereka sulit masuk ke kotak penalti MU. Dua buah gol cepat Rashford di menit ke-14 dan 24 lewat skema fast break, membuat MU semakin nyaman mengontrol permainan lewat skema parkir bus.
Strategi parkir bus memang membuat Lukaku terisolasi sendirian di depan. Sekalipun demikian, Lukaku termasuk sukses karena berhasil membuat van Dijk dan Lovren tidak berani naik membantu penyerangan. Tugas mencetak gol menjadi tanggung jawab Rashford yang sukses dua kali mempecundangi Arnold yang ketika itu memang masih bau kencur.
Menarik ditunggu siapa yang akan dipasang Ole untuk menemani Maguire di posisi bek tengah. Bailly atau Lindelof. Kalau tidak cedera sepertinya Bailly lebih baik.
Double pivot juga ada dua opsi. Pasangan sehati Pogba-Matic atau pasangan sejoli Mc Tominay-Fred.
Mc Tominay-Fred lebih kuat bertahan sedangkan Pogba-Matic lebih punya variasi serangan.
Sayap kiri pastinya milik Rashford, tengah menjadi milik Fernandes. Kanan, antara Greenwood dan James. Greenwood skillnya lebih oke, sedangkan James punya kecepatan.