Mohon tunggu...
Reinhard Hutabarat
Reinhard Hutabarat Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat kata dan rasa...

Menulis untuk senang-senang...

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta, Jangan Pernah Kau Pergi

13 Januari 2021   21:10 Diperbarui: 14 Januari 2021   15:16 420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi cinta, sumber : kompas.com

Jantungku masih berdebar tak karuan padahal aku sudah duduk di sini seperempat jam untuk menghabiskan secangkir cappuccino. Rasa takut, cemas dan rasa syukur bercampur aduk menjadi satu persis seperti permen nano-nano.

Betapa tidak, nyaris saja terjadi hal memalukan dalam hidupku. Untunglah Donny datang pada saat yang tepat untuk mengingatkanku. Akupun akhirnya bisa lolos dari lobang jarum.

Jadi ceritanya begini teman.

Tadinya aku sudah janjian dengan Rika untuk karaokean berdua. Sebenarnya aku "agak gimanaan" juga. Soalnya inilah untuk pertama kalinya aku jalan dengan "wanita lain" setelah aku menikah!

Yah, aku ini masih suami yang sah dari seorang istri, dan ayah yang sah dari dua putra pula. Rumah tanggaku juga selama ini berjalan aman-aman saja. Tidak pernah ada "piring terbang" ataupun KDRT dalam rumah tanggaku. Semuanya berjalan normal-normal saja.

Kalau "bulan muda," keluarga kecilku boyongan belanja bulanan yang diakhiri dengan acara makan. Setiap akhir pekan kami membawa anak-anak berenang atau bermain. Jadi rumah tanggaku ini termasuk kategori aman sentausa.

Namun semuanya berubah sejak enam bulan lalu. Entah apa yang terjadi dalam diriku. Kata Donny itu adalah perobahan hormonal di usia empat puluhan yang lazim disebut puber kedua.

Entah mengapa aku kini juga suka yang asem-asem, padahal aku tidak ngidam! Waktu zaman kuliah dulu aku memang suka makan rujak asem dan sayur asem.

Aku juga mulai suka memakai parfum setiap hari. Padahal sepuluh tahun terakhir aku jarang memakainya. Palingan kalau ke kondangan atau acara dengan bos, baru aku memakai parfum.

Dulu aku memang suka memakai Davidoff Cool Water. Sebenarnya parfum ini terlalu mahal bagi ukuran gajiku. Tapi tak mengapa. Makainya juga diirit-irit. Prinsipnya, biarpun jomblo tapi badan harus tetap wangi. Dan badan wangi itupun menjadi modal untuk melepaskan status kejombloan tersebut.

Sri, istriku itu bukannya curiga aku pakai parfum, tapi malah senang. Soalnya parfum itu adalah hadiah dari adiknya setahun lalu.

Davidoff ini juga punya kisah tersendiri bagi Sri. Waktu itu ceritanya aku apel pertama ke rumahnya.

Eh, pas baru turun dari angkot, aku keserempet becak, membuat kemeja baruku robek!

Aku jelas murka dong, soalnya baju itu adalah baju kreditan dari mbak Hen di kantor, tiga kali bayar potong gaji. Lha, bulan depan gajiku dipotong angsuran baju, sementara bajunya sudah jadi bangkai!

Sri kemudian membersihkan luka di lenganku dan memberikan baju bapaknya untuk kupakai. Kebetulan bapake lagi ke luar kota. Edan tenan. Apel pertama langsung pakai kemeja calon mertua!

Ketika membersihkan luka tadi, Sri tersenyum geli. Rupanya ia semaput mencium aroma parfum yang berlebihan. Nah, waktu di angkot tadi penumpangnya juga mesem-mesem melihatku. "Lha, ini anak muda rapi dan wangi naik angkot, harusnya naik taksi dong, Silver Bird malah. Mungkin kurang modal ya." Demikianlah mungkin dalam pikiran mereka itu.

***

Perobahan hormonal ini jelas membuatku grogi. Entah mengapa aku merasa senyuman Santi padaku agak aneh, tampak seperti menggodaku. Padahal Santi ini selalu tersenyum dengan cara yang sama selama empat tahun terakhir ini!

Duh Gusti, bisa gila aku kalau begini terus. Santi ini rekan kerja sekaligus anak buahku. Dulu sewaktu masih jomblo, ia selalu berpakaian seksi. Namun aku tidak pernah tergoda karena menganggapnya seperti saudara sendiri.

Lha, sekarang ia sudah bertunangan, berhijab dengan pakaian yang sangat sopan, eh tapi sekarang aku malah suka menyatroni ke sekwilda-nya. "Jancuk tenan rek!" Untung hanya Tuhan dan aku saja yang mengetahuinya...

Dua bulan lalu aku bertemu kembali dengan Donny dan Raymod, teman kuliah dulu. Ternyata kantor mereka hanya sepelemparan batu saja dari kantorku.

Kedua orang ini sangat baik padaku. Selain tajir, mereka ini tampangnya keren dan otaknya encer pula.

Sebenarnya bergaul dengan mereka enak sekali. Donny dan Raymod ini seperti gula yang dikerubuti semut. Jadi kalau ada cewe yang tidak mendapat respon dari Donny dan Raymod, maka cewe itu biasanya akan mengalihkan perhatiannya padaku...

Namun aku itu mencari cewe yang bukan sekedar cakep dan suka padaku karena "ada apanya," melainkan yang suka padaku apa adanya.

Aku jelas bukan Donny atau Raymod. Aku jelas tidak bisa memberikan sesuatu seperti yang mereka harapkan. Aku kemudian menjauh dari Donny dan Raymod.

Namun akhirnya aku beruntung mendapatkan Sri yang bisa menerimaku apa adanya. Onde mande.

Bertemu dengan kedua bandidas ini seperti mengulang kisah dulu lagi. Kalau aku puber kedua di atas empat puluh, maka kedua orang ini sepertinya puber terus sepanjang masa!

Selain punya istri sah, mereka ini juga punya selingkuhan, pacar gelap dan TTM (Teman Tapi Mesra) Hebatnya rumah tangga mereka ini kelihatannya aman sentausa juga! Ah, daya pikirku tak sanggup untuk mencernanya.

Tanpa sadar, aku pun mulai jalan dengan Donny dan Raymod. Rupanya mereka ini punya gebetan baru, tiga wanita cantik yang kantornya persis satu building dengan kantorku.

Rika, Jane dan Nancy kantornya di lantai 11 sedangkan kantorku di lantai 7. Namun ketika naik lift, aku sering naik sampai ke lantai 15. Kemudian memencet angka 11, baru kemudian 7.

Ketika pintu lift terbuka di lantai 11, "aroma sejuk" kemudian terasa. Setelah itu aku baru turun ke kantorku di lantai 7.

Sudah tiga kali kami berenam makan siang bersama plus dua kali karaokean. Jadi kami sudah cukup akrab. Dari ketiganya Rika yang paling cantik dan menyukaiku pula. Rika ini status pernikahannya kurang jelas, tapi ia sudah tiga tahun berpisah dengan suaminya yang sudah punya istri siri itu.

Saiki memang zaman uedan. Saya bingung kenapa Rika ini tidak mencari cowo single dan sebaya. Nyarinya koq malah laki orang. Apalagi saya ini bukan sugar daddy yang kaya raya.

Jawaban Rika kemudian membuatku melayang. Ternyata Rika suka kepada cowo setengah baya dengan pembawaan tenang. Agak gemukan dikit dengan rambut sedikit memutih. Onde mande. Untung aku pegangan ke kursi, kalau tidak aku akan melayang ke angkasa sana untuk kemudian tersedak di balik gulungan awan putih.

Kami kemudian janjian karaokean berdua. Ya berdua saja sebab berenam terlalu mainstream.

Lalu terjadilah peristiwa itu. Ternyata Ratno, suami Rika dengan beberapa tukang pukul yang disewanya sudah menunggu kami di karaoke tersebut. Untunglah Donny kemudian berhasil menghubungiku dan Raymond berhasil mengamankan Rika.

Rupanya tiga bulan terakhir ini Ratno berusaha mencoba rujuk dengan Rika, tapi sepertinya Rika tidak mau. Ratno pun tampaknya seperti depresi dan mulai kalap.

Duh Gusti, aku tidak bisa membayangkan ketika aku dan Rika sedang asyik-masyuk berkaraoke ria, tiba-tiba Ratno dan pentolannya menggerebek kami. Lalu polisi, satpol PP hingga pak RT datang. Wartawan bodrek juga. Lalu esoknya muncul berita, "seorang pria STW (Setengah Waras) gagal berselingkuh untuk pertama kalinya karena digerebek suami dari calon selingkuhannya itu."

Duh, malunya tuh di sini...

Ketika aku hampir tiba di rumah, sebuah notifikasi muncul di hape. Ternyata sebuah video dari Donny. Aku kemudian memutarnya. Rupanya Donny dan Raymond sedang karaokean bersama Rika dan Nancy. Kampret, kadrun, bangsat! Rupanya aku kena prank kedua bandit celaka itu. Rika itu sebenarnya pacar Raymond, dan sebenarnya tak pernah suka kepadaku.

Mereka ini memang edan dan hendak menguji kesetianku. "Jancuk tenan rek!" Kurasa aku gagal. Tapi setidaknya aku tahu, kalau takut terbakar jangan pernah main api.

***

Pukul 10.30 malam, aku tiba di rumah. Setelah mandi dan berganti pakaian, aku lalu membaringkan tubuhku yang segar kembali di samping Sri yang tertidur pulas. Rupanya Sri kecapean setelah  seharian menemani kedua putraku berenang.

Aku lalu menatap wajahnya yang terlihat damai dan menyejukkan itu. Wajah yang selalu kurindukan dalam setiap denyut jantungku.

Wajah itu akan selalu menyejukkan selama aku selalu berusaha menjaga hatinya tetap sejuk.

Aku kemudian membelai rambutnya dan berbisik dengan lembut di telinganya, "Sayang, terimakasih telah mencintaiku selama ini. Aku menyayangimu lebih dari apapun. Maafkan aku kalau tidak selalu memperlihatkannya kepadamu selama ini." Aku kemudian mengecup pipinya dan membaringkan badanku di sampingnya.

Kemudian timbul rasa iseng. Aku kemudian meletakkan lenganku, sedikit di bawah lehernya.

Berat lengan itu kemudian membuatnya pelan-pelan terbangun. Dengan rasa heran, Sri kemudian meletakkan lenganku tadi sambil menatap tajam ke arahku.

Mata kiriku kukatup rapat, sedangkan mata kanan kusengaja berkedip cepat. Aku lalu pura-pura tidur pulas sambil mengeluarkan suara seperti orang ngorok.

Kudengar suara tawanya meledak, dan ia pun berseru dengan genit, "I know you bitch.."

Sri kemudian menimpaku. Aku lalu berpura-pura berteriak minta tolong, tetapi ia kemudian menutup mulutku dengan mulutnya. Tak lama kemudian kami berdua tertawa bersama.

Sri kemudian mendekatkan wajahnya tepat ke atas wajahku. Aku kemudian menutup kedua mataku agar ia tidak bisa membaca pikiranku.

Kini kedua kelopak matanya persis menutup kedua kelopak mataku. Tak lama kemudian kelopak matanya itu dikedip-kedipkannya dengan cepat tepat di atas kelopak mataku.

Duh Gusti, perbuatan celaka itu sangat menggelikanku. Aku tidak tahan lagi. Sambil meronta, aku pun berteriak "lontong...eh, toloooong..."

Sambil tertawa kegirangan, Sri kemudian menutup mulutku dengan tangannya. Kini ia merapatkan kakinya mengunci kedua kakiku, lalu mencengkeram kedua tanganku supaya tidak bergerak.

Aku kembali menutup kedua mataku rapat-rapat agar ia bisa membaca pikiranku. Aku kini diam saja, pasrah menunggu apa yang akan terjadi. Dan akupun tidak berteriak minta tolong lagi. ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun