Hal yang paling krusial pada balapan musim ini adalah karakter ban Michelin yang daya cengkramnya jauh lebih baik daripada musim lalu. Hal ini sangat menguntungkan tim Yamaha dan Suzuki, tapi membuat Honda sangat tersiksa terkait riding style para pebalapnya.
Selepas Aragon jilid I lalu TN30 berkata bahwa tak ada yang baru pada motornya. Sasis dan mesin tetap sama. Yang beda hanya suspensi dan gaya balap saja mengikuti "kemauan" suspensi baru dan grip ban. Namun ada tiga faktor agar bisa berhasil dalam sebuah balapan.
Pertama faktor motor. Kedua, faktor pebalap dan ketiga nasib. Dan kedua pebalap Honda tadi tidak memiliki faktor kedua di GP Teruel.
"Terbiasa menguber orang sekampung, kali ini mental TN30 tak kuat diuber orang sekampung." TN30 akhirnya "layu sebelum berkembang" ketika crash di lap pertama.
Kesal kehilangan waktu ketika berduel dengan Zarco, AM73 kemudian terburu nafsu untuk mengejar Mir, dan akhirnya crash juga di lap ke-14. Sayang betul. Sekiranya ia bersabar, tentu saja podium akan menjadi miliknya. Apalagi AM73 yang menggunakan kompon Hard-Soft memiliki keunggulan ban atas Mir (Medium-Soft) dan Rins (Soft-Soft) dan tentunya juga power dan top speed Honda yang di atas Suzuki.
Tak ada gading yang tak retak, tak ada pula gundul yang tak botak. Tak ada pebalap yang tak pernah terjatuh, sebab dari situlah mereka belajar agar bisa berlari kencang. TN30 dan AM73 sudah melewati tahap itu. Kini mereka berdua bersiap belajar untuk bisa berlari kencang di Moto GP Valencia dua pekan mendatang. Penulis hakul yakin salah dua dari mereka ini akan berada di posisi lima besar!
***
"Syarat untuk menjadi juara balapan adalah dengan cara mengalahkan pebalap lain. Syarat untuk menjadi juara dunia adalah dengan cara mengalahkan diri sendiri."Â
Pekan sebelumnya Mir sengaja memilih ban Soft-Soft agar bisa merebut podium satu perdananya. Namun ia harus puas di podium tiga setelah berhasil dilewati AM73. Mir bahkan nyaris dilewati Vinales. Keausan ban menjadi faktor penyebabnya. Mencoba realistis, Mir kini menargetkan podium saja. Namun posisi grid Mir terbilang buruk, yaitu posisi 12. Dengan posisi tersebut tentu peluang Mir cukup berat, apalagi dia kini memakai kompon Medium-Soft, yang tidak bisa membuatnya ngacir secepatnya dari rombongan besar. Namun ajaibnya, Mir berhasil melakukannya!
Dari posisi 12 saat start, Mir sudah berada di posisi 5 pada lap kedua! Entah apa yang dilakukan crew terhadap ban, sehingga ban itu bisa secepatnya mencapai tekanan dan temperatur ideal hanya dalam satu lap saja. Mir ibaratnya memakai ban Soft-Soft yang sudah dipakai dua putaran pada saat start! Setelah itu Mir nyaman mengendarai motornya dengan mode slipstream untuk mengintai podium! Mir memang bertarung untuk podium bukan untuk juara, kecuali keadaannya memungkinkan.
Dengan enam podium, Joan Mir memimpin klasemen pebalap sekalipun ia tak pernah menjuarai satu seri balapan. Konsistensi adalah alasan mengapa Mir bisa duduk di puncak klasemen pebalap. Mir menjadi satu-satunya pebalap yang berhasil enam kali naik podium, melewati raihan tiga kali Quartararo, Vinales, Pol Espargaro, Rins dan Morbidelli.